"Diperlukan dana kesehatan untuk meningkatkan respons global terhadap covid-19 dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi pandemi di masa depan," kata Luhut saat membuka CSIS Global Dialog 2022, Rabu, 27 April 2022.
Ia mengatakan, investasi dengan jumlah yang signifikan untuk memperbaiki arsitektur kesehatan global dan skema pembiayaan yang lebih inovatif masih perlu dimobilisasi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurutnya, covid-19 menunjukkan dunia kekurangan sumber daya untuk membuat setiap negara siap menghadapi pandemi. Hal ini, sambung Luhut, terlihat dari vaksinasi yang tidak merata.
Pasalnya, tingkat vaksinasi negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah masih rendah hingga kini.
"Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah harus didorong untuk mereformasi sektor kesehatan mereka untuk memenuhi target global pada vaksinasi, diagnosa covid-19, dan pengobatan," katanya.
Selain pada sektor kesehatan, pandemi covid-19 juga berdampak pada sektor pendidikan dimana 1,5 miliar anak sulit mengakses pendidikan akibat pandemi. Sementara itu, 30 juta di antara anak-anak yang putus sekolah diperkirakan tidak bisa kembali bersekolah.
Bank dunia memperkirakan, tahun depan pengeluaran pendidikan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah berpotensi turun 100 sampai 150 miliar dolar AS dari yang direncanakan sebelumnya.
"Biaya ekonomi jangka panjang dari learning loss berarti terdapat potensi kerugian dalam output produktivitas di masa depan," pungkasnya.
Baca: 3 Fokus Presidensi G20 Indonesia untuk Penguatan Arsitektur Kesehatan Global