Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr melakukan kunjungan ke Vietnam dan bahas Laut China Selatan. (AFP)
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr melakukan kunjungan ke Vietnam dan bahas Laut China Selatan. (AFP)

Sering Diganggu Tiongkok, Filipina-Vietnam Bahas Penguatan Pertahanan di Laut China Selatan

Marcheilla Ariesta • 29 Januari 2024 22:39
Manila: Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menyampaikan kerja sama maritim antara negaranya dengan Vietnam. Menurutnya, ini akan menjadi salah satu landasan dalam kemitraan strategis dengan negara tetangganya tersebut di Asia Tenggara.
 
"Kami berharap dapat memperkuat aspek ini selama kunjungan saya untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan kami," kata Bongbong Marcos, dikutip sebelum ia berangkat ke Hanoi, Vietnam, Senin, 29 Januari 2024.
 
Dilansir dari Malay Mail, Marcos diperkirakan akan bertemu dengan para pejabat tinggi Vietnam dan membahas kesepakatan mengenai kerja sama penjaga pantai dan pasokan beras. Vietnam adalah eksportir beras utama dan Filipina adalah salah satu importir gandum terbesar di dunia.

Marcos berharap kunjungannya akan membawa hubungan mereka ke tingkat yang lebih tinggi. "Dan mengantar era baru persahabatan dan kerja sama, dengan pembicaraan mengenai perdagangan, investasi, pendidikan dan pariwisata, serta masalah regional dan multilateral yang menjadi perhatian," demikian dikutip dari pernyataan Istana Malacanang.
 
Vietnam dan Filipina memiliki klaim yang tumpang tindih di Laut China Selatan, namun secara umum memiliki hubungan yang bersahabat dibandingkan dengan meningkatnya ketegangan antara Manila dan Beijing terkait perairan yang disengketakan.
 
Hubungan antara Filipina dan Tiongkok telah memburuk selama setahun terakhir, bertepatan dengan sikap Manila yang lebih keras dan tawaran Marcos untuk menjalin hubungan militer yang lebih kuat dengan Amerika Serikat.
 
Laut China Selatan merupakan jalur perdagangan kapal tahunan senilai lebih dari USD3 triliun. Perairan ini diklaim hampir seluruhnya oleh Tiongkok melalui garis berbentuk U yang diawasi oleh armada penjaga pantainya yang sangat besar, yang memotong zona ekonomi eksklusif Vietnam, wilayah tersebut. Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam.
 
Pada 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag mengatakan, klaim Tiongkok tidak memiliki dasar hukum, namun keputusan ini ditolak oleh Beijing.
 
Baca juga: Tuduh Presiden Filipina Malas Bekerja, Putra Duterte: Sebaiknya Mundur Saja
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan