Puluhan penyandang disabilitas di desa Oben tetap aktif bekerja dan produktif di tengah keterbatasan. (Medcom.id / Harianty)
Puluhan penyandang disabilitas di desa Oben tetap aktif bekerja dan produktif di tengah keterbatasan. (Medcom.id / Harianty)

Kaum Difabel di Desa Oben Tetap Semangat Bekerja dalam Keterbatasan

Harianty • 30 Juni 2024 11:44
Kupang: Penyandang disabilitas atau difabel kerap dianggap 'tak berguna' karena keterbatasan fisik atau mental mereka. Namun di Desa Oben Kecamatan Nekemese, Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, oara difabelnya tetap semangat bekerja dan produktif di bidang mereka masing-masing.
 
Dalam kunjungan awak media ke Desa Oben pada Kamis, 27 Juni, seorang penyandang disabilitas fisik terlihat sedang memimpin rapat. Ada juga anggota Kelompok Disabilitas Desa (KDD) yang membuat abon ikan dan mengelola tempat pangkas rambut.
 
Kunjungan awak media ini bertujuan mempelajari kerja KDD dalam mendukung pemberdayaan penyandang disabilitas dan kolaborasi dengan pemerintah daerah. Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel Indonesia (SIGAB Indonesia) dan Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk INKLUSI (Garamin) mendukung pembentukan KKD dan Kelompok Disabilitas Kelurahan.

"Desa Oben terdiri dari 363 kepala keluarga. Jumlah penduduk 1360 jiwa, dengan kelompok difabel berjumlah 30 orang, terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan. Difabel itu terbagi dua, ada yang mental dan fisik," ungkap Kepala Desa Oben, Yabes Abjena.
 
Salah satu difabel di desa Oben adalah Kenaz Taebonat. Ia adalah seorang fasilitator desa untuk Program SOLIDER, yang selama ini biasa memimpin rapat KDD. Selama ini, Kenaz kerap mengadvokasi pemerintah desa untuk mengadopsi perspektif inklusif, terutama terkait penyandang disabilitas fisik.
 
"Saya ingin supaya difabel di Desa Oben lebih semangat berjuang. Karena kalau kita tidak memberi mereka semangat, otomatis mereka merasa bahwa mereka tidak berdaya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Saya ingin memberi motivasi buat teman-teman saya, tidak boleh untuk mereka menyerah," kata Kenaz.
 
Selain Kenaz, ada juga Arifakzat Nenobais yang merupakan Ketua KDD Meu Sine Oben dengan disabilitas fisik. Ia secara aktif mengembangkan KDD yang mengadvokasi hak-hak dasar, seperti dokumen hukum dan layanan kesehatan inklusif. Arifakzat juga giat mempromosikan pembentukan desa inklusif dan mendorong bangunan publik yang lebih mudah diakses oleh kelompok disabilitas.
 
Vice Director Garamin Berti Malingara memuji sejumlah difabel di Desa Oben yang selalu bergerak aktif, produktif dan mendorong teman-temannya untuk ikut berjuang.
 
"Kita membangun solidaritas untuk membantu teman-teman difabel agar bisa terlihat di desa, diakui di desa, diterima di desa, kemudian bisa menikmati hak-hak seperti masyarakat non-defabel yang lain," tutur Berti.
 
Program SOLIDER adalah sebuah inisiatif dari Kemitraan Australia-Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif "INKLUSI." Program ini didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT).
 
INKLUSI berupaya meningkatkan partisipasi kelompok-kelompok terpinggirkan dalam pembangunan sosial-budaya, ekonomi, dan politik di Indonesia.
 
Baca juga:  'INKLUSI' Libatkan Kaum Difabel dalam Atasi Dampak Perubahan Iklim
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan