Tentara Myanmar yang melakukan penjagaan di sekitar gedung parlemen, Senin 1 Februari 2021. Foto: AFP
Tentara Myanmar yang melakukan penjagaan di sekitar gedung parlemen, Senin 1 Februari 2021. Foto: AFP

Tantang Militer, Parlemen Myanmar Pro-Suu Kyi Adakan Sesi Sidang Tandingan

Fajar Nugraha • 05 Februari 2021 12:59
Yangon: Menolak kesempatan mereka untuk mengambil kursi parlemen di bawah pemerintahan militer Myanmar, sekelompok anggota parlemen mengadakan sesi sidang parlemen mereka sendiri. Sidang pada Kamis 4 Februari itu menunjukkan pembangkangan terhadap kembalinya kekuasaan militer.
 
Puluhan legislator terpilih dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) mengadakan sesi di tempat tinggal mereka di ibu kota Naypyitaw. Di mana mereka menandatangani sumpah jabatan.
 
"Kami dapat menyerukan pertemuan Hluttaw di mana saja, kapan saja, di mana anggota komite berada," kata Phyu Phyu Thin dari NLD, menggunakan nama lokal untuk parlemen, seperti dikutip AFP, Jumat 5 Februari 2021.

"Dipilih oleh warga, kita tidak bisa dihapus, apapun yang terjadi,” tegasnya.
 
Militer telah menuduh kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan oleh NLD. Tetapi komite pemilu mengatakan tidak menemukan penyimpangan yang akan mengubah hasil.
 
Militer melakukan intervensi pada Senin untuk mencegah parlemen bersidang dan mendukung pemerintahan baru NLD, yang dikatakan sama dengan mengambil kekuasaan berdaulat dengan kekerasan. Aung San Suu Kyi termasuk di antara puluhan orang yang ditahan.
 
Baca: Unjuk Rasa Warga Myanmar Menentang Kudeta, Tiga Orang Ditangkap.
 
Warga Yangon membunyikan klakson mobil dan memukul panci serta wajan pada Kamis untuk menunjukkan dukungan kepada anggota parlemen. Ini adalah kebisingan malam ketiga berturut-turut sebagai protes atas kudeta tersebut.
 
Kampanye pembangkangan sipil berlanjut dan protes anti-kudeta diadakan untuk pertama kalinya, di kota Mandalay.
 
Phyu Phyu Thin mengatakan NLD akan mendorong ratusan anggota parlemen lainnya untuk menandatangani sumpah mereka dan membagikannya secara online dan mulai mengadakan sesi pertemuan parlemen.
 
"Kami akan mencoba melepaskan diri dari kediktatoran militer Myanmar seperti ini," tegas Phyu Phyu Thin.
 
"Kami, anggota Hluttaw, akan memiliki keinginan yang sama sebagai warga negara kami dan akan mencoba untuk menyingkirkan terorisme ini oleh militer,” tuturnya.
 
Jenderal Senior Min Aung Hlain memimpin kudeta pada 1 Februari. Sejak saat itu dia menetapkan status darurat selama 1 tahun dan menegaskan bahwa kudeta ini dibutuhkan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan