Setidaknya 18 orang tewas dalam aksi kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Myanmar terhadap demonstran dalam aksi menentang kudeta pada Minggu, 28 Februari. Kematian belasan pedemo dalam satu hari tersebut telah memicu kecaman global.
"Kami terkejut dengan penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil (di Myanmar)," ungkap Vivian, dilansir dari laman The Straits Times.
"Belasungkawa kami sampaikan kepada keluarga korban tewas, dan kami berharap mereka yang terluka segera sembuh. Kami menekankan kembali bahwa penggunaan senjata mematikan terhadap warga sipil tak bersenjata sama sekali tak dapat diterima dalam situasi apapun," sambungnya.
Vivian meminta militer Myanmar atau Tatmadaw untuk menahan diri, berhenti menggunakan kekuatan mematikan, dan mengambil langkah-langkah yang dapat menurunkan ketegangan untuk menghindari pertumpahan darah lebih lanjut.
"Semua pihak di Myanamr didorong untuk berdiskusi dan bernegosiasi dengan niat baik, demi mencapai solusi politik damai dan rekonsiliasi nasional," sebut Vivian.
Ia juga menekankan bahwa terlepas dari prinsip konsensus dan non-intervensi di ASEAN, 10 negara anggota asosiasi tersebut dapat tetap memainkan peran konstruktif dalam memfasilitasi dan mendorong pemulihan stabilitas di Myanmar.
Sementara itu di Naypyidaw, Suu Kyi hadir dalam persidangan kedua. Seperti persidangan perdana, ia hadir tanpa didampingi pengacaranya.
Pengacara Suu Kyi, yang ditunjuk oleh partai berkuasa Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), mengatakan bahwa dirinya belum diizinkan untuk mendampingi kliennya dalam persidangan hari ini.
Baca: Aung San Suu Kyi Hadiri Persidangan Kedua Tanpa Pengacara
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News