medcom.id, Jakarta: Donald Trump dinilai berada dalam posisi aman saat ini. Pasalnya, mayoritas Senat dan Dewan pun terisi oleh politisi Partai Republik.
Namun, seluruh dunia merasa khawatir. Apakah Trump akan melakukan kebijakan yang selama ini digembar-gemborkan saat kampanye?
"Belum tentu. Walaupun ia dalam posisi nyaman, belum tentu ia akan benar mengimplementasikan apa yang ia kampanyekan ke pemerintahan nanti," ujar pengamat hubungan internasional, Tirta Mursitama, di Jakarta, Sabtu (12/11/2016).
Menurutnya, Trump tak bisa seenaknya mengubah kebijakan yang memang sudah ada sejak dulu. Trump harus sadar bahwa ia memimpin Negara Adi Daya yang sangat berpengaruh di seluruh dunia.
Selama berkampanye, Trump terlihat condong akan mengubah Amerika menjadi negara nasionalis. (Baca: Terpilihnya Trump bisa Bawa Perubahan di AS).
"Saya rasa Trump tidak akan melakukan itu. Tidak akan AS menutup diri, apalagi kini Tiongkok merangsek naik menjadi negara kedua terbesar setelah AS," tuturnya lagi.
Tirta menilai, AS tak akan bisa terlalu nasionalistik. Sebab, geopolitik dan ekonomi dunia sangat tergantung pada AS.
"Mereka pioner global. Kalau menarik diri, jadi apa nanti? Tapi yang musti kita khawatirkan adalah Trans Pacific Partnership (TPP)," ungkapnya lagi.
Trump beretorika bahwa ia tak setuju bahkan tak akan melanjutkan gagasan Barack Obama ini ketika menjadi presiden.
"Untuk TPP, ini jadi perundingan yang alot ketika ia nanti sudah dilantik," pungkasnya.
Trump akan dilantik pada 20 Januari 2017 mendatang. Hasil quick count pada 8 November kemarin memang sangat memukul pada pendukung Hillary Clinton. Saat terlampau jauh, dikabarkan Clinton langsung meninggalkan markasnya dan kembali ke hotel tempatnya menginap di New York.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News