"Kami menerima dukungan kemanusiaan pada setiap harinya. Rabu mendatang, 300 ton bantuan kemanusiaan Rusia akan dikirim secara legal ke bandara internasional Caracas," ungkap Maduro, dalam sebuah pertemuan dengan sekelompok ilmuan, seperti dikutip dari kantor berita Sputnik, Selasa 19 Februari 2019.
Saat ini Maduro sedang bersitegang dengan Juan Guaido, pemimpin oposisi Venezuela yang telah mendeklarasikan diri sebagai presiden interim. Lebih dari 50 negara, termasuk Amerika Serikat, mengakui klaim Guaido.
AS juga merespons permintaan Guaido untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Venezuela. Guaido menyebut bantuan tersebut dibutuhkan jutaan warga Venezuela yang berada di jurang kemiskinan.
Namun Maduro menolak bantuan kemanusiaan dari AS, yang dianggapnya sebagai akal-akalan untuk melancarkan invasi ke Venezuela. Saat ini sebagian besar bantuan AS menumpuk di Kolombia.
Baca: Maduro Tuduh AS Curi Miliaran Dolar dari Venezuela
Guaido berencana menggalang sekitar 1 juta relawan dan menyalurkan bantuan kemanusiaan itu pada 23 Februari mendatang. Namun Maduro bertekad mencegahnya, dengan meningkatkan pengamanan di sejumlah wilayah yang berbatasan dengan Kolombia.
Sementara itu di AS, Presiden Donald Trump mendorong militer Venezuela untuk mendukung Guaido dan membiarkan bantuan kemanusiaan disalurkan ke mereka yang membutuhkan. Trump juga menyarankan agar para personel militer menerima tawaran pengampunan dari Guaido.
Sebelumnya, Guaido berjanji akan mengampuni semua personel militer yang memilih meninggalkan Maduro.
"Perhatian seluruh dunia tertuju pada Anda semua hari ini, setiap hari dan hari-hari berikutnya di masa mendatang," ujar Trump, ditujukan kepada para personel militer Venezuela.
"Anda tidak bisa bersembunyi dari pilihanyang ada. Anda dapat menerima tawaran amnesti dari Guaido dan hidup dengan damai bersama keluarga dan masyarakat," sambung Trump.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News