Presiden Barack Obama berbicara mengenai penembakan massal di Orlando, dalam sebuah sesi di Gedung Putih, Washington, 13 Juni 2016(Foto: AFP/SAUL LOEB)
Presiden Barack Obama berbicara mengenai penembakan massal di Orlando, dalam sebuah sesi di Gedung Putih, Washington, 13 Juni 2016(Foto: AFP/SAUL LOEB)

Untuk Kali ke-15, Obama Keluhkan Pengawasan Senjata Api di AS

Willy Haryono • 14 Juni 2016 15:34
medcom.id, Washington: Untuk kesekian kalinya, Presiden Amerika Serikat mengeluhkan betapa mudahnya memiliki senjata api di Amerika Serikat (AS). Longgarnya sistem pengendalian senjata api dinilai dapat dimanfaatkan seseorang untuk melakukan aksi teror, seperti yang belum lama ini terjadi di sebuah kelab malam di Orlando.
 
Ini merupakan pernyataan Obama yang ke-15 terkait rentetan penembakan massal di Negeri Paman Sam. Obama mengatakan budaya senjata api di AS serta sistem pengendaliannya adalah sesuatu yang "gila." 
 
Pelaku penembakan di Orlando, Omar Mateen, adalah warga AS yang membeli senjata secara legal sepekan sebelum kejadian. Ia dapat membeli senjata meski sempat berada dalam daftar pengawasan Biro Investigasi Federal AS (FBI). 

Untuk Kali ke-15, Obama Keluhkan Pengawasan Senjata Api di AS
Omar Mateen. (Foto: AFP)
 
"Kenyataan bahwa (sistem) kita telah membuat aparat kepolisian kesulitan dalam memeriksa apakah seseorang yang sedang mereka awasi telah membeli senjata atau tidak, adalah sesuatu yang gila," kata Obama kepada awak media, seperti dikutip CBC, Selasa (13/6/2016). 
 
"Bahkan jika seandainya pun polisi mendapat informasi semacam itu, terkadang mereka sulit menghentikan orang yang sedang diawasi untuk mendapatkan senjata," ungkap sang presiden. 
 
Obama juga menyayangkan bahwa biasanya setelah terjadi penembakan massal seperti di Orlando, isu pengendalian senjata api hanya akan menjadi perdebatan biasa di ranah politik. Kelompok pendukung senjata api di AS, menurut Obama, akan selalu membela diri.
 
"Mereka akan bilang, 'Oh, Obama tidak mau berbicara mengenai terorisme. Tapi jika saya berbicara soal terorisme, maka mereka akan bilang, kenapa Anda tidak menyinggung isu pengendalian senjata api,'" ungkap Obama. 
 
Tragedi Orlando di sebuah klub malam yang biasa dikunjungi lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) menewaskan 49 orang dan melukai 53 lainnya. Mateen yang sempat terlibat baku tembak dengan aparat selama lebih kurang satu jam, tewas dalam penyerbuan di lokasi kejadian. 
 
Penembakan Massal
 
Untuk Kali ke-15, Obama Keluhkan Pengawasan Senjata Api di AS
Bendera AS dipasang di lokasi penembakan massal di San Bernardino, California. (Foto: AFP)
 
Berdasarkan organisasi Gun Violence Archive, terdapat 330 penembakan massal di AS sepanjang 2015. Archive mengklasifikasikan penembakan massal saat jumlah korban tewas atau luka mencapai empat ke atas di luar pelaku
 
Tidak ada sumber resmi dari pemerintah yang mencatat penembakan massal di AS, dan jumlah yang dicatat sejumlah grup NGO biasanya beragam. Sebagai contoh, situs Mass Shooting Tracker melibatkan pelaku penembakan dalam jumlah korban tewas. Alhasil, situs tersebut melaporkan adanya total penembakan massal di AS mencapai 355 setelah tragedi di San Bernardino, California. Mass Tracker mencatat angka terakhir penembakan massal di 2015 adalah 371. 
 
Data yang sama menunjukkan terdapat 176 penembakan massal hingga sejauh ini di tahun 2016, termasuk Orlando. 
 
Kepemilikan Senjata Api
 
Untuk Kali ke-15, Obama Keluhkan Pengawasan Senjata Api di AS
Warga AS memilih senjata api di sebuah toko. (Foto: AFP)
 
Jumlah senjata api yang dimiliki warga sipil di AS mencapai 270 juta, yang diambil dari data estimasi Small Arms Survey asal Jenewa. Angka tersebut menunjukkan adanya 89 senjata api untuk 100 warga AS, dan lebih dari satu senjata untuk masing-masing orang dewasa. Ini merepresentasikan sekitar 42 persen dari total kepemilikan senjata api di dunia, meski populasi AS hanya lima persen dari total seluruh penduduk Bumi. Tidak ada negara lain yang warga sipilnya memiliki senjata api sebanyak AS. 
 
Namun, jumlah keluarga AS yang memiliki senjata api dilaporkan menurun. Laporan dari National Opinion Research Centre menunjukkan 31 persen keluarga di AS mengaku masih memiliki senjata pada 2014. Puncak tertinggi kepemilikan senjata api di AS adalah pada 1977, saat 50,4 persen keluarga mengaku memiliki senjata. 
 
Kejahatan terkait Senjata Api
 
Untuk Kali ke-15, Obama Keluhkan Pengawasan Senjata Api di AS

Ilustrasi senjata api. (Foto: AFP)
 
Angka rata-rata pembunuhan yang menggunakan senjata api di AS adalah 3,3 per 100 ribu orang pada 2009. Ini merupakan data komprehensif dari agensi PBB UNODC. 
 
Jumlah ini lebih tinggi dari banyak negara yang juga berada dalam daftar UNODC, termasuk Kanada (0,5) dan Inggris (0,1). Sebagian besar negara Eropa memiliki angka rata-rata di antara Inggris dan Kanada. 
 
Namun AS tidak memiliki angka tertinggi dalam kejahatan terkait senjata api dalam data UNODC. Angka tertinggi berada di Honduras dengan 57,6 per 100 ribu orang. Beberapa negara lain juga lebih tinggi dari AS, termasuk Meksiko (7,9) dan Kolombia (28,1). 
 
Data dari Pew Research Centre menunjukkan angka kejahatan terkait senjata api di AS telah menurun dari puncaknya sebesar 7,3 pada 1993, namun hingga saat ini jumlahnya masih relatif stabil. 
 
Pembunuhan dengan Senjata Api
 
Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jumlah pembunuhan dengan senjata api di AS pada 2014 adalah 10.945. Pembunuhan dengan senjata api di AS angkanya relatif stabil sejak 2000, biasanya di kisaran 11 ribu hingga 12 ribu per tahun. 
 
Angka dari Gun Violence Archive menunjukkan sejauh ini di tahun 2016, kekerasan senjata api di AS telah menewaskan 5.967 orang dan melukai 12.251 lainnya. 
 
Bunuh Diri
 
Untuk Kali ke-15, Obama Keluhkan Pengawasan Senjata Api di AS

Senjata api tipe revolver. (Foto: AFP)
 
Angka bunuh diri dengan menggunakan senjata api di AS adalah 21.334, data yang juga diambil dari CDC. 
 
Bunuh diri mewakili 66 persen dari total kematian terkait senjata api di AS pada 2014. Angka rata-rata bunuh diri dengan senjata api di AS relatif stabil sejak 2006, yang pada saat itu mencapai 16.883. 
 
Secara total, terjadi 42.773 kasus bunuh diri di AS pada 2014, yakni dengan rata-rata 13,41 per 100 ribu orang. Bunuh diri dengan senjata api merupakan separuh dari total angka tersebut, dengan rata-rata 6,69 per 100 ribu orang. 
 
Sebagai perbandingan dengan data statistik terbaru, Kanada memiliki angka rata-rata bunuh diri 11,3 per 100 ribu orang pada 2012, namun hanya 1,4 persennya melibatkan senjata api.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan