Penembakan massal terjadi di El Paso, Texas, dan juga Dayton, Ohio. Sebanyak 20 orang tewas dalam penembakan pertama, dan sisanya 9 korban jiwa sekitar 13 jam setelahnya.
"Kebencian tidak mempunyai tempat di negara kita," tegas Trump, dilansir dari laman AFP, Minggu 4 Agustus 2019.
"Jika melihat dari dua kasus ini, menurut saya ada juga faktor masalah kesehatan mental," lanjut dia.
"Kita harus segera menghentikan ini. Masalah ini sudah berjalan selama bertahun-tahun di negara kita," ungkap Trump.
Dalam penembakan di El Paso, korban luka berjumlah 26 orang dan di Ohio 27. Pelaku penembakan pertama berhasil ditangkap, sedangkan yang kedua ditembak dalam hitungan detik oleh polisi yang sedang berpatroli.
Otoritas setempat mengaku sedang menyelidiki sebuah manifesto anti-imigran dalam kasus di El Paso, untuk menentukan apakah itu ditulis oleh pelaku penembakan atau bukan. Jika terbukti ditulis pelaku, maka penembakan massal ini dapat dikategorikan sebagai kejahatan bermotif kebencian atau terorisme domestik.
Baca: 29 Orang Tewas dalam Dua Penembakan Massal di AS
Sejumlah kritik menilai retorika merendahkan Trump terhadap imigran turut berkontribusi terhadap terjadinya dua penembakan massal terbaru di AS. Retorika Trump dianggap semakin meningkatkan kebencian sekelompok orang di AS terhadap imigran.
"Berpura-pura bahwa pemerintahan dan retorika penuh kebencian yang disebarkannya tidak memainkan peran dalam penembakan di El Paso adalah tindakan bodoh yang tidak bertanggung jawab," kata grup sipil Souther Poverty Law Center.
Sejumlah kandidat calon presiden dari Partai Demokrat juga menilai Trump sebagai bagian dari masalah yang memicu terjadinya penembakan massal. "Presiden kita tidak hanya gagal menghadapi para teroris domestik ini, tapi dia justru mendorong dan meningkatkan kebencian mereka," sebut Wali Kota Pete Buttigieg di Twitter.
"Bapak Presiden, hentikan retorika rasis, penuh kebencian dan anti-imigran Anda. Bahasa Anda menciptakan suatu iklim yang memperkuat ekstremis," tegas Senator Bernie Sanders.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News