Tidak seperti unjuk rasa dalam beberapa hari terakhir, demonstrasi di Caracas, Maracaibo, Barquisimeto, dan San Cristobal berlalu tanpa kekerasan.
Seperti dikutip AFP, Minggu 23 April 2017, sedikit perkelahian kecil sempat terjadi di bagian timur ibu kota ketika polisi memaksa orang-orang mundur dengan gas air mata.
Seorang jurnalis perempuan mengatakan bahwa dia diserang penduduk setempat di pusat kota, dan seorang jurnalis laki-laki ditahan berjam-jam oleh petugas intelijen.
Kali pertama sejak gelombang unjuk rasa di jalanan dimulai pada awal April, para demonstran melintasi Caracas untuk menentang Maduro. "Protes diam" menjadi ujian toleransi pihak berwenang untuk menangani demonstrasi damai.
Oposisi sayap kanan menuduh pemerintah sayap kiri menekan demonstrasi sebelum-sebelumnya dan mengirim preman bersenjata untuk menyerang mereka.
Krisis Ekonomi
Banyak yang mengenakan kaos putih bertuliskan "damai." Yang lain membawa bunga putih atau bendera Venezuela, sementara seorang pengunjuk rasa memegang salib kayu raksasa.
Demonstran menyalahkan Maduro -- tokoh yang lahir di tengah Revolusi Bolivarian pada 1999 -- atas krisis ekonomi di Venezuela yang ditandai krisis makanan, obat-obatan dan bahan-bahan pokok.
Maduro menuding gelombang unjuk rasa tersebut didukung Amerika Serikat.
Oposisi menuduh Maduro membiarkan pasukan pemerintah dan geng bersenjata menekan demonstrator, yang bertekad tidak akan berhenti hingga sang presiden mundur.
"Saya tidak peduli jika saya menghirup gas (air mata), saya tidak peduli jika saya mati," tegas Natasha Borges, 17. "Kita harus menghentikan pemerintah represif dan pembunuh ini."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News