Pernyataan disampaikan saat bantuan kemanusiaan internasional menjadi isu sentral dalam 'pertarungan' Guaido melawan Maduro, di mana militer Venezuela menjadi faktor penentu.
Bantuan obat-obatan dan makanan yang diberikan AS untuk Venezuela telah diblokade selama tiga hari di perbatasan, tepatnya di Cucuta, Kolombia. Bantuan tidak dapat masuk karena militer Venezuela menutup sebuah jembatan penghubung dua negara.
Di sisi perbatasan Venezuela pada akhir pekan kemarin, puluhan dokter memprotes pemerintahan Maduro dan meminta agar bantuan kemanusiaan diizinkan masuk. Jose Luis Mateus de la Riva, seorang dokter bedah, menuding Maduro telah membuat stok obat-obatan di Venezuela kembali ke "abad pertengahan."
Baca: Bantuan Kemanusiaan Jadi Alat Perebutan Kekuasaan di Venezuela
"(Blokade bantuan) adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, wahai para personel militer," ujar Guaido, usai menghadiri misa bersama istri dan anaknya yang masih berusia 20 bulan, di Caracas, Minggu 10 Februari 2019.
Menyebut blokade bantuan dapat dikategorikan sebagai aksi yang mendekati "genosida," Guaido mengingatkan bahwa pihak militer harus bertanggung jawab jika ada warga Venezuela yang meninggal akibat kelaparan atau tidak mendapatkan obat-obatan.
Dalam pernyataannya, seperti dilansir dari laman AFP, Guaido juga menyerukan kepada semua warga untuk mengikuti pawai besar pada Selasa 12 Februari mendatang. Pawai digelar untuk mengenang sekitar 40 orang yang tewas sejak terjadinya kerusuhan politik terbaru di Venezuela pada 21 Januari.
Guaido telah menawarkan amnesti kepada setiap personel militer yang meninggalkan Maduro. Namun sejauh ini, kepemimpinan utama militer Venezuela masih mendukung presiden.
Akhir pekan kemarin, militer Venezuela mengumumkan dimulainya latihan yang dijadwalkan berlangsung hingga 15 Februari mendatang. Latihan disebut bertujuan "memperkuat kapasitas pertahanan negara."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News