Graham juga menuduh Rusia mencoba untuk 'mendestabilisasi demokrasi di seluruh dunia,' dan menuntut adanya sikap yang keras terhadapnya. Sebelumnya, sejumlah agen intelijen Amerika Serikat (AS) kini meyakini Presiden Rusia Vladimir Putin terlibat langsung dalam peretasan selama masa kampanye pemilihan umum AS.
Dilansir BBC, Jumat (16/12/2016), namun Presiden terpilih AS, Donald Trump menolak klaim tersebut. Ia juga menyanggah laporan CIA yang menyatakan bahwa peretas Rusia berupaya menguntungkannya pada pemilu 8 November lalu.
Dituduh berkali-kali, bahkan sejak Donald Trump dan Hillary Clinton masih bertarung saat kampanye, pihak Rusia sudah membantah tuduhan peretasan tersebut.
Graham, yang seorang anggota kelompok Komite Dinas Angkatan Bersenjata Senat mengaku diberitahu FBI pada Agustus lalu bahwa pada bulan Juni ada peretasan pada emailnya.
Dia juga mengatakan bahwa percaya semua informasi yang dirilis merugikan Clinton dan tidak menjelekkan Trump. Namun, dia menegaskan bahwa hasil pemilihan tidak diragukan.
"Saya rasa Hillary Clinton kalah karena dia bukan agen perubahan dan dia berusaha mendiskualifikasi Trump dan dia tidak mampu melakukannya," ucap Graham.
Meski begitu Graham menambahkan bahwa ini bukan 'isu Partai Republik atau Demokrat' dan harus ditanggapi secara bipartisan. Dia menuduh Rusia berupaya untuk mendestabilisasi demokrasi.
"Kita harus mengatakan pada Rusia bahwa Anda mencampuri pemilu ini, kami tidak peduli alasannya, kami akan 'menghajar' Anda dengan keras, kami akan menjatuhkan sanksi," tegas Graham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News