Presiden Barack Obama perintahkan penyelidikan peretasan Pilpres AS (Foto: AFP).
Presiden Barack Obama perintahkan penyelidikan peretasan Pilpres AS (Foto: AFP).

Obama Perintahkan Penyelidikan Dugaan Rusia Retas Pilpres AS

Arpan Rahman • 10 Desember 2016 15:12
medcom.id, Washington: Barack Obama telah memerintahkan intelijen Amerika Serikat (AS) untuk mengkaji bukti campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016 setelah mendapat tekanan berkelanjutan dari Kongres Demokrat.
 
Kajian ini mungkin menjadi salah satu instruksi terakhir Obama kepada badan-badan intelijen, yang akan segera dilaporkan kepada Donald Trump. Trump adalah pihak yang dimaksud dalam kongres Demokrat menerima manfaat peretasan yang menargetkan Komite Nasional Demokrat (DNC).
 
 
Lisa Monaco, direktur kontraterorisme Gedung Putih, mengumumkan apa yang disebut "kajian lengkap" pada konferensi pers di saat sarapan pagi, yang disponsori Christian Science Monitor, Jumat 9 Desember.
 
Pada konferensi pers Gedung Putih berikutnya, di hari yang sama, Eric Schultz, wakil sekretaris pers Gedung Putih, membantah tinjauan adalah "upaya untuk menentang hasil pemilu."
 
"Kami telah mengakui siapa yang memenangkan pemilu," katanya. "Ini bukan lagi untuk kampanye calon presiden. Beliau telah memutuskan untuk memastikan kelancaran transisi kekuasaan," tegas Schultz.
 
Tinjauan akan mencakup tiga siklus pemilihan presiden terakhir, kata Schultz kepada wartawan. "Badan-badan intelijen harus melihat apa yang kita saksikan di tahun 2008, 2012, dan 2016. Ini akan menjadi kajian lebih jauh. Telaah yang akan luas dan mendalam pada saat yang sama. Mereka akan melihat di mana aktivitas yang dapat mereka amati," imbuh Schultz seperti dilansir The Guardian, Jumat (9/12/2016).
 
Muncul gangguan dalam kampanye, baik Obama maupun John McCain, pada 2008, publik mengaitkannya dengan Tiongkok, tambahnya. Dan meskipun tidak ada insiden penting pada 2012, perlu mengenali apa yang kita ketahui sekarang, pemilu itu juga akan diteliti.
 
Pada 2016, Schultz menambahkan pemerintah tidak mendeteksi aktivitas dunia maya meningkat pada hari pemilihan itu sendiri. Tetapi FBI melakukan tindakan publik tertentu di musim panas dan musim gugur, terkait pada tingkat tertinggi dari pemerintah Rusia. "Ini akan menempatkan kegiatan yang dalam konteks yang lebih besar menyangkut pengamatan kembali ke 2008," pungkas Schultz.
 
Saat ditanya apakah kajian itu akan menyelidiki motif Rusia, Schultz menjawab: "Ada bahaya dalam aktivitas dunia maya, khususnya aktivitas dunia maya yang berbahaya terkait dengan pemilu kita, yang dikecam dalam masyarakat internasional. Sayangnya kegiatan ini bukan hal baru untuk Moskow. Kami telah melihat mereka melakukan hal ini selama bertahun-tahun. Presiden telah menegaskan kepada Presiden Putin bahwa ini tidak dapat diterima."
 
Obama berharap kajian akan selesai sebelum dia meletakkan jabatan, kata Schultz. "Ini prioritas besar. Saya pikir presiden ingin melakukan tugasnya karena dia memandang ini sangat serius. Ini adalah sesuatu yang telah diawasi presiden dengan cermat selama delapan tahun hingga sekarang," paparnya.
 
Schultz juga berucap: "Kami akan mengungkapkan ke publik sebanyak yang kami bisa. Seperti yang dapat Anda bayangkan, sesuatu seperti ini mungkin termasuk informasi sensitif dan bahkan rahasia. Ketika laporan telah disampaikan, kita akan melihatnya. Kami ingin segera melapor ke Kongres dan pemangku kepentingan terkait, mungkin juga ke jajaran pejabat negara. "
 
"Ini berita bagus. Deklasifikasi dan memberi informasi tentang pemerintah Rusia dan pemilu AS, serta melakukannya dengan cepat, harus menjadi prioritas," kata anggota komite intelijen Senat dari Partai Demokrat asal Oregon, Ron Wyden.
 
Pada Oktober, direktur intelijen nasional dan sekretaris keamanan dalam negeri secara terbuka menuduh tingkat "pejabat senior" pemerintah Rusia mengarahkan berbagai pelanggaran digital. Trump, yang telah memperlakukan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan kehangatan tiada tara melampaui sebagian politisi AS sendiri, telah berulang kali menolak tuduhan itu sebagai bermotif politik.
 
Intelijen AS melemparkan kesalahan peretasan DNC kepada Rusia, namun tidak memberikan bukti yang mendukung tuduhan itu, meskipun beberapa perusahaan keamanan siber swasta memiliki kesimpulan yang sama. 
 
Awal bulan ini, semua anggota Demokrat dari komite intelijen Senat dengan terbuka mengisyaratkan pemerintah agar menyelidiki lebih lanjut secara signifikan tentang kesalahan Rusia dari pernyataan yang tersingkap Oktober. Mereka meminta Obama mengungkapkan kepada publik yang sejauh ini telah menolak hasil pilpres.
 
Namun Gedung Putih lebih bersimpati dengan permohonan awal pekan ini dari beberapa senior Demokrat di DPR, yang menulis kepada Obama untuk meminta pengarahan rahasia soal peran yang dimainkan Rusia dalam pemilu.
 
Sementara para pendukung Demokrat, yang tersengat kekalahan dalam pemilu dan masih berharap banyak untuk menang, telah mempelopori seruan supaya mengungkap gangguan Rusia. Mereka juga memiliki beberapa dukungan dari Partai Republik. Lindsey Graham, aktivis asal Carolina Selatan yang ganas menyoal kampanye Trump, berkata kepada CNN pekan ini, akan menggunakan pengaruhnya di Senat demi memburu penyelidikan mengenai keterlibatan Rusia meretas DNC.
 
Menurut Monaco, kajian akan diklasifikasikan dan dikirim ke para anggota parlemen sebelum Obama turun dari kursinya pada 20 Januari. Pihak Demokrat segera menyambar pengumuman soal tinjauan itu dan menekan Gedung Putih agar menyingkapnya sebelum Trump mengambil alih kepresidenan.
 
Adam Schiff, anggota Demokrat terkemuka di komite intelijen DPR, mengatakan, Rusia telah "berhasil" dalam "menaburkan perselisihan" dalam pemilu, dan mendesak sebanyak mungkin pengungkapan publik yang terang-benderang.
 
"Lebih dari itu, pemerintah harus mulai mengambil langkah-langkah untuk merespons secara tegas soal campur tangan dunia maya ini terang-terangan, dan bekerja dengan sekutu kita di Eropa yang menjadi sasaran serangan serupa dengan memaksa Kremlin agar membayarnya; jika tidak, kita akan melihat lebih banyak yang seperti ini dalam waktu dekat," kata Schiff. 
 
Sementara jru bicara untuk direktur intelijen nasional menolak berkomentar lebih jauh.
 
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan