Dalam wawancara di program "Face the Nation" kantor berita CBS, Minggu 3 Februari 2019, Trump menolak menjelaskan lebih jauh alasan apa yang akan dipakai untuk menggunakan kekuatan militer di Venezuela.
"Tapi tentu saja (intervensi militer) itu masih menjadi sebuah opsi," ungkap dia.
AS mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden interim pada 23 Januari. Washington kemudian memimpin gerakan global untuk mendepak Maduro dari tampuk kekuasaan.
Guaido menyatakan konstitusi Venezuela mengamanatkan dirinya untuk menjabat presiden interim. Dalam konstitusi Venezuela, seseorang dapat menjadi pemimpin interim saat ada kepala negara yang dianggap kekuasaannya tidak sah.
Menurut Guaido, terpilihnya kembali Maduro sebagai presiden pada Mei lalu tidak sah. Alasannya, banyak rival Maduro yang dijebloskan ke penjara atau memutuskan melakukan boikot dalam pemilihan umum.
Empat negara besar Eropa -- Inggris, Prancis, Jerman dan Spanyol -- mengaku akan mengakui Guaido kecuali jika Maduro menggelar pemilihan umum pada Minggu tengah malam.
Trump telah berulang kali mengingatkan bahwa "semua opsi masih terbuka" untuk urusan Venezuela. AS terus menekan Maduro melalui serangkaian sanksi ekonomi dan juga menyerukan militer Venezuela untuk membelot.
Di bawah kepemimpinan Maduro, Venezuela yang merupakan negara kaya minyak jatuh ke dalam krisis ekonomi. Hiperinflasi terjadi, dan membuat nilai mata uang bolivar sudah hampir tidak bernilai.
Jutaan warga Venezuela pun memilih meninggalkan tempat tinggal mereka ke negara lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Maduro menolak membuka akses bantuan ke Venezuela, dengan kekhawatiran akan memicu dimulainya intervensi militer AS.
Baca: Demonstrasi Dua Kubu Berlangsung di Venezuela
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News