"Saya pikir tidak ada keraguan bahwa adanya pemerintah negara lain yang mencoba untuk mempengaruhi integritas pemilu kita. Kita perlu mengambil tindakan," kata Obama kepada radio NPR.
Dilansir AFP, Jumat (16/12/2016), Obama pun dijadwalkan akan meluncurkan pernyataan pers resmi soal peretasan Rusia pada hari ini, Jumat 16 Desember pukul 14.15 waktu setempat sebelum berangkat ke Hawaii untuk berlibur.
"Sepertinya tidak mungkin hal seperti ini dapat terjadi pada pemerintah Rusia tanpa sepengetahuan Vladimir Putin," ungkap penasihat utama Obama, Ben Rhodes.
Rhodes beranggapan bagaimana Rusia beroperasi dan bagaimana Putin mengontrol pemerintahannya, mengindikasikan bahwa ada campur tangan pemimpin negara dalam peretasan tersebut.
"Dan akhirnya, Putin adalah orang yang harus bertanggung jawab atas tindakan negaranya," tutur Rhodes.
Senada dengan Rhodes, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan, bahwa keputusan sejumlah lembaga intelijen AS pada Oktober lalu untuk secara resmi menuding "pejabat paling senior Rusia" ikut campur dalam pemilu AS bukan pernyataan yang "terlalu halus."
Komunitas intelijen termasuk CIA baru-baru ini semakin yakin bahwa campur tangan Rusia itu dimaksudkan untuk memenangkan Donald Trump dalam pemilu presiden.
Obama berulang kali mengatakan Komite Nasional Partai Demokrat dan Komite Nasional Partai Republik sudah mengetahui adanya potensi peretasan dan ancaman Rusia sebelum pemilu berlangsung.
Dalam Kongres AS, sejumlah legislator senior bahkan menuntut penyelidikan luas dan penjelasan menyeluruh dari hasil investigasi CIA dan FBI. Namun, penjelasan intelijen ini belum tentu dapat terlaksana karena tingkat keamanan dan kerahasiaan laporan badan intelijen tersebut.
Sementara itu, Rusia terus membantah seluruh tudingan keterlibatan Putin dalam pemilu AS.
"Tudingan ini omong kosong yang konyol dan tidak memiliki dasar apapun," tegas juru bicara Putin, Dmitry Peskov.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News