Dalam sebuah acara kampanye di Philadelphia, mantan presiden itu menyerukan kepada para pemilih untuk mengakhiri kebencian dan perpecahan partisan yang telah menghiasi dunia politik AS dalam beberapa tahun terakhir.
"Negara ini harus bersatu," ungkap Biden di hadapan sekitar 6.000 orang, dikutip dari laman TRT World. Kampanye Biden di Philadephia disebut-sebut sebagai yang terbesar sejauh ini.
"Presiden kita saat ini adalah pemimpin perpecahan," tambah Biden, yang menuduh Trump tak segan-segan menyerang sisi pribadi para rivalnya dan sering menggunakan 'kambing hitam' untuk meningkatkan kebencian.
"Jika warga Amerika menginginkan seorang presiden yang bisa meningkatkan perpecahan, memimpin dengan tangan tertutup serta hati sekeras batu, dan juga menyerang rival-rival lewat isu kebencian, maka saya bukanlah sosok yang tepat," sebut Biden dengan intonasi tinggi. "Presiden Donald Trump merupakan ahlinya di bidang tersebut," lanjut Biden.
Biden, 76, menjadi wakil presiden mendampingi Barack Obama saat atmosfer perpolitikan AS belum terlalu terpolarisasi seperti saat ini. Menyebutkan pengalamannya selama 36 tahun di Senat AS, Biden ingin meyakinkan Demokrat bahwa "kompromi" bukanlah sesuatu yang tabu. Ia merujuk pada perpecahan partisan yang semakin tajam antara Demokrat dan Partai Republik.
"Mari berhenti bertengkar dan mulai memperbaiki," kata Biden.
April lalu, Biden diserang isu pelecehan perempuan di saat pria yang pernah mendampingi Barack Obama itu diyakini akan mencalonkan dirinya dalam pemilihan umum 2020.
Terdapat dua tuduhan terhadap Biden. Tuduhan pertama dilayangkan perempuan bernama Lucy Flores, mantan pejabat negara bagian Nevada. Flores mengaku "tidak nyaman" saat Biden mencium kepalanya dari belakang.
Sementara tuduhan kedua datang dari Amy Lappos. Wanita asal Connecticut itu mengaku "disentuh" Biden dalam sebuah acara penggalangan dana politik pada 2009. Saat itu, Biden masih menjabat Wapres AS.
Empat tahun lalu, Biden juga pernah dikritik karena tertangkap kamera sedang memijat pundak Stephanie Carter, istri dari Ashton Carter. Peristiwa itu terjadi saat Ashton Carter dilantik menjadi menteri pertahanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News