Benjamin Netanyahu langsung menggelar konsultasi militer begitu kembali ke Israel dari Amerika pada Selasa, setelah bertemu Donald Trump.
Baca juga: Presiden Palestina Kecam AS Akui Golan Milik Israel.
Dia berkata kepada lobi pro-Israel AIPAC bahwa Israel sudah menyerang situs-situs militan di Gaza dalam skala berbeda sejak perang 2014 kontra Hamas.
"Saya dapat memberitahu Anda, kami siap untuk melakukan lebih banyak lagi. Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan demi membela rakyat kami dan untuk mempertahankan negara kami," dia berkata, seperti dilansir dari laman Sky News, Selasa 26 Maret 2019.
Tentara Israel berjaga di perbatasan Gaza dan membatasi pertemuan publik sesudah puluhan roket ditembakkan. Satu roket melabrak sebuah rumah di kota Sderot, kurang satu kilometer dari perbatasan.
Pertempuran itu dipicu pada Senin pagi ketika satu roket meledak ke sebuah rumah di Israel tengah, melukai tujuh orang. Militer Israel mengatakan roket itu buatan lokal dengan jangkauan 120 kilometer. Sistem pertahanan roket Iron Dome Israel belum diaktifkan karena serangan itu tidak terduga.
Para mediator Mesir mengantarai gencatan senjata di antara para penempur, tetapi penembakan berlanjut semalam sebelum ketenangan muncul esok paginya.
Utusan PBB di Timur Tengah, Nikolay Mladenov, mendesak Dewan Keamanan untuk mengutuk penembakan roket dari Gaza. Seraya mengatakan penembakan itu akan meningkatkan risiko eskalasi dan konflik baru.
Dia katakan 103 roket dan mortir ditembakkan dari Gaza ke Israel, sementara Israel menghelat 42 serangan udara di Gaza dan menembakkan 16 peluru ke arah Gaza. Tujuh warga Palestina terluka dan beberapa bangunan hancur.
Kekerasan terbaru itu muncul ketika Netanyahu menghadapi pertarungan sengit untuk pemilu kembali pada 9 April, di mana kritikus menuduhnya terlalu lunak terhadap Hamas.
Dia secara tidak langsung terlibat dalam perundingan gencatan senjata melalui para mediator Mesir. Bahkan mengizinkan bantuan Qatar dikirim ke Hamas guna membantu mereka yang menetap di Gaza.
Baca juga: Indonesia Tegaskan Dataran Tinggi Golan Bagian dari Suriah.
Hamas pun memiliki masalah sendiri. AS baru-baru ini mengakui kekuasaan Israel atas Dataran Tinggi Golan dan situasi ekonomi di Gaza memburuk di tengah blokade Israel-Mesir.
Lebih dari setengah dari mereka yang tinggal di jalur itu menganggur. Pekan lalu, ratusan warga Gaza memprotes kondisi yang nestapa, tetapi Hamas merespons dengan memukuli dan menangkap puluhan dari mereka.
Dalam sebuah pernyataan, Ismail Abdul Salam Ahmad Haniyyah mengatakan Palestina "tidak akan menyerah". Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina sekaligus pemimpin Hamas itu menegaskan, pasukan militan mereka "akan menghalangi musuh jika melewati batas".
Israel kontra Hamas telah bertempur dalam tiga kali perang, yang terbaru pada 2014, berlangsung selama 50 hari dan menewaskan lebih dari 2.000 warga Palestina dan 73 warga Israel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News