Trump mengatakan sanksi tambahan itu sebagai tanggapan atas penembakan pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat (AS). Ayatollah Khamenei disebut bertanggung jawab atas tindakan Iran.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan AS membenci diplomasi. "Pemerintahan Trump haus perang," cuitnya di Twitter, dilansir dari laman BBC, Selasa, 25 Juni 2019.
Ketegangan antara kedua negara telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Ketegangan semakin meninggi usai Washington menuduh Teheran sebagai pelaku penyerangan terhadap dua kapal di Perairan Oman.
Baca juga: AS Bersiap Jatuhkan Sanksi Baru terhadap Iran
Sementara itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menyerukan dialog untuk mengakhiri ketegangan antara AS dan Iran. DK PBB juga menyetujui sebuah pernyataan bahwa semua pihak harus mundur dan menahan diri dari ketegangan serta konfrontasi militer yang ditakutkan akan terjadi.
DK PBB menyebut semua pihak yang berkepentingan dan negara-negara di sekitar kawasan harus menahan diri secara maksimal untuk mengurangi eskalasi dan ketegangan.
Sebelum menjatuhkan sanksi, Trump membatalkan serangan balasan untuk Iran. Berbeda dengan beberapa penasihatnya yang bersikap lebih keras, Trump memberikan sinyal bahwa dirinya masih akan menjalankan kebijakan 'tekanan maksimal' lewat rangkaian sanksi ekonomi.
Ia berharap sanksi ini dapat membuat Iran mau bernegosiasi resmi dengan AS. Dalam wawancara bersama NBC News, Trump mengatakan bahwa dirinya bersedia berdialog dengan Iran "tanpa prasyarat" apapun. Namun, sembari menanti respons Iran atas ajakan negosiasi, sanksi ekonomi tetap diterapkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News