Ketika ditanya oleh Senator Tammy Duckworth tentang ASEAN, Hegseth gagal menyebutkan negara anggota atau peran strategis blok ini, meskipun ia mengakui pentingnya kawasan Indo-Pasifik.
Kasus ini memicu perdebatan mengenai kelayakannya untuk memimpin Departemen Pertahanan AS. Lalu siapakah Pete Hegseth? Yuk simak.
Lahir dan Pendidikan
Peter Brian Hegseth lahir pada 6 Juni 1980 di Minneapolis, Minnesota, dari pasangan Brian dan Penny Hegseth. Ia dibesarkan di Forest Lake, Minnesota, dan merupakan lulusan Forest Lake Area High School, tempat ia aktif dalam olahraga basket dan sepak bola.Pada 2003, Hegseth meraih gelar sarjana di bidang politik dari Princeton University, di mana ia menulis tesis tentang retorika kepresidenan selama Perang Dingin.
Ia juga memperoleh gelar Master of Public Policy dari John F. Kennedy School of Government di Harvard University pada 2013.
Karier Militer dan Sipil
Hegseth memulai kariernya sebagai perwira infanteri di Garda Nasional Minnesota pada 2003. Ia bertugas di Guantanamo Bay, Irak, dan Afghanistan, mendapatkan penghargaan seperti Bronze Star dan Army Commendation Medal atas jasanya.Selepas bertugas, ia bekerja sebagai direktur eksekutif untuk organisasi seperti Vets for Freedom dan Concerned Veterans for America.
Di dunia media, Hegseth dikenal sebagai komentator konservatif di Fox News sejak 2014. Ia juga menjadi pembawa acara di program "Fox & Friends" dari 2017 hingga 2024.
Pada periode ini, ia aktif mendukung kebijakan konservatif dan pemerintahan Donald Trump, termasuk mengadvokasi pengampunan untuk tentara yang dituduh melakukan kejahatan perang.
Kontroversi
Karier Hegseth tidak lepas dari kontroversi. Ia pernah dikritik atas dugaan pengelolaan keuangan yang buruk di organisasi nirlaba yang ia pimpin, serta komentar kontroversial tentang Islam, demokrasi, dan perubahan sosial.Pada 2017, ia dituduh melakukan pelecehan seksual, meskipun tidak ada dakwaan hukum yang dijatuhkan. Insiden ini kembali menjadi sorotan saat pencalonannya sebagai Menteri Pertahanan.
Pandangan Politik
Hegseth dikenal sebagai penganut nasionalisme Kristen yang vokal. Dalam bukunya American Crusade, ia menyerukan "perang salib" untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional Amerika dan melawan ancaman yang ia anggap berasal dari Islamisme, sosialisme, dan globalisme.Ia juga mendukung kebijakan garis keras dalam hubungan internasional, termasuk sikap kritis terhadap NATO dan PBB.
Tidak Bisa Namai Satupun Negara ASEAN
Selama sidang konfirmasi, Senator Tammy Duckworth menanyai Hegseth tentang ASEAN, meminta dia menyebutkan satu negara anggota dan jumlah total negara dalam organisasi tersebut.Hegseth menjawab, “Saya tahu kami memiliki sekutu di Korea Selatan dan Jepang dalam AUKUS bersama Australia,” jawaban yang langsung dikoreksi oleh Duckworth.
“Tidak satu pun dari tiga negara itu adalah anggota ASEAN. Saya sarankan Anda mulai belajar lebih banyak,” tegas Duckworth.
ASEAN, yang terdiri dari 10 negara termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam, memainkan peran strategis dalam kawasan Indo-Pasifik. Senator Duckworth menyoroti pentingnya blok ini dalam menangkal pengaruh Tiongkok, terutama di Laut Cina Selatan.
Selain itu, ASEAN telah menjadi mitra strategis AS sejak 2022 melalui kemitraan strategis komprehensif yang dirancang untuk menciptakan kawasan yang “aman dan sejahtera.
Negara-negara ASEAN juga merupakan sentral dalam Regional Comprehensive Economic Partnership atau RCEP, perjanjian perdagangan bebas dan blok perdagangan terbesar dalam sejarah yang ditandatangani tahun 2020.
Sidang ini menyoroti keterbatasan Hegseth dalam memahami geopolitik, terutama mengingat peran sentral ASEAN dalam strategi Indo-Pasifik AS.
Hal ini memicu keraguan tentang kemampuannya untuk menjabat sebagai Menteri Pertahanan, terutama dalam mengelola hubungan strategis dengan sekutu regional.
Baca Juga:
Donald Trump Ubah Haluan Jadi Dukung TikTok Tetap Diizinkan di AS, Ini Alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News