Ilustrasi Tiktok dan Donald Trump. (Jim Watson / Lionel Bonaventure / AFP)
Ilustrasi Tiktok dan Donald Trump. (Jim Watson / Lionel Bonaventure / AFP)

Donald Trump Ubah Haluan Jadi Dukung TikTok Tetap Diizinkan di AS, Ini Alasannya

Riza Aslam Khaeron • 15 Januari 2025 15:18
Jakarta: Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, kembali mengejutkan publik dengan sikap barunya terhadap TikTok.
 
Dari sebelumnya mendukung pelarangan platform tersebut pada 2020, kini Trump malah menjadi salah satu pendukung utamanya, kok berubah?
 
Berikut kronologi dan spekulasi motif dibalik perubahan Donald Trump.
 

Awal Permusuhan dengan TikTok

Pada Juli 2020, Trump pertama kali mengumumkan rencananya untuk melarang TikTok. Dalam wawancara dengan Bloomberg News, ia menuduh TikTok sebagai ancaman keamanan nasional, menyusul kemarahan terhadap Tiongkok atas pandemi COVID-19.

Tidak lama kemudian, pada 6 Agustus 2020, ia menandatangani perintah eksekutif yang memaksa ByteDance, perusahaan induk TikTok, untuk menjual asetnya di AS atau menghadapi sanksi berat.
 
Langkah ini diambil dengan alasan kekhawatiran bahwa TikTok dapat digunakan oleh pemerintah Tiongkok untuk mengumpulkan data warga Amerika.
 
Namun, upaya Trump terhenti pada Desember 2020 ketika pengadilan federal memblokir perintah eksekutifnya, menyatakan bahwa ia telah melampaui wewenangnya.
 
Presiden Joe Biden kemudian mencabut perintah tersebut pada 2021, tetapi mendukung undang-undang baru yang menyerukan tindakan lebih tegas terhadap platform milik Tiongkok.
 

Sikap Baru Trump terhadap TikTok

Menjelang kampanye pemilihan presiden 2024, Trump tiba-tiba mengubah sikapnya. Pada Maret 2024, ia menyatakan keberatan terhadap undang-undang bipartisan yang menyerukan pelarangan TikTok kecuali ByteDance menjual platform tersebut.
 
Dalam wawancara dengan CNBC, Trump mengatakan bahwa meskipun TikTok tetap menjadi ancaman keamanan, larangan itu akan membuat "generasi muda menjadi gila".
 
Ia juga menyinggung bahwa larangan TikTok hanya akan menguntungkan platform seperti Facebook, yang disebutnya sebagai "musuh rakyat".
 
Trump bahkan mulai menggunakan TikTok secara aktif selama kampanye 2024, dengan mengandalkan platform tersebut untuk menjangkau pemilih muda.
 
Pada September 2024, ia mengunggah video di akun media sosialnya, menyebut dirinya sebagai "bintang besar" di TikTok. Langkah ini tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga menciptakan perdebatan di kalangan Partai Republik yang tetap skeptis terhadap aplikasi itu.
 

Pertemuan dengan Eksekutif TikTok

Pada 16 Desember 2024, Trump bertemu dengan para eksekutif TikTok di resornya, Mar-a-Lago, Florida.
 
Pertemuan ini dilakukan bersamaan dengan langkah hukum TikTok yang meminta Mahkamah Agung untuk memblokir undang-undang yang akan melarang platform tersebut pada 19 Januari 2025.
 
Setelah pertemuan itu, Trump menyatakan bahwa ia memiliki "simpati" terhadap TikTok dan ingin mencari solusi politik setelah kembali menjabat sebagai presiden pada 20 Januari 2025.
 

Alasan di Balik Perubahan Sikap

Perubahan sikap Trump ini memunculkan berbagai spekulasi. Melansir The New York Times, beberapa pihak menduga perubahan ini dipengaruhi oleh hubungan Trump dengan Jeff Yass, seorang donor besar Partai Republik yang memiliki saham signifikan di ByteDance.
 
Selain itu, Trump sendiri mengakui bahwa TikTok adalah alat penting untuk menjangkau pemilih muda, terutama dengan dorongan dari anak bungsunya, Barron Trump.
 

Pandangan Trump tentang Larangan TikTok

Dalam dokumen yang diajukan ke Mahkamah Agung pada 28 Desember 2024, Trump menyebut larangan TikTok sebagai "preseden berbahaya".
 
Ia berargumen bahwa tindakan pemerintah untuk melarang platform media sosial atas dasar keamanan nasional dapat membuka jalan bagi bentuk-bentuk sensor lainnya.
 
Trump juga menekankan bahwa masalah ini sebaiknya diselesaikan melalui jalur politik, bukan dengan pelarangan total.
 
Perubahan drastis sikap Donald Trump terhadap TikTok mencerminkan dinamika kompleks antara politik, kepentingan pribadi, dan strategi kampanye.
 
Dengan janji untuk menyelamatkan TikTok, Trump tampaknya tidak hanya ingin melindungi platform tersebut tetapi juga memperkuat pengaruhnya di kalangan pemilih muda.
 
Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan Mahkamah Agung dan administrasi baru yang akan menangani isu ini setelah 19 Januari 2025.
 
Baca Juga:
Bakal Diblokir, Pengguna TikTok di AS Pindah ke Aplikasi Rednote
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan