Dalam pembicaraan via sambungan telepon, dikutip dari laman BBC, Jumat 19 April 2019, Trump disebut mengakui upaya Jenderal Haftar dalam memerangi terorisme dan mengamankan minyak Libya. Keduanya juga mendiskusikan masa depan Libya.
Pemerintahan Libya di Tripoli adalah yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sementara pemerintahan tandingan di wilayah timur berada di bawah komando Jenderal Haftar.
Lebih dari 200 orang tewas sejak pertarungan antara pasukan Libya dan Jenderal Haftar meletus sekitar tiga pekan lalu.
Kamis kemarin. Perdana Menteri Libya Fayez al-Serraj mengecam "sikap diam" para mitra internasional di tengah serangan Jenderal Haftar ke Tripoli. Libya diguncang krisis politik dan aksi kekerasan sejak diktator Muammar Gaddafi digulingkan dan dibunuh pada 2011.
Krisis terbaru di Libya dimulai tiga pekan kemarin, saat pasukan Jenderal Haftar bergerak menuju ibu kota. PM Serraj menyebut gerakan pasukan Jenderal Haftar sebagai percobaan kudeta.
Pasukan Jenderal Haftar mendekati ibu kota dari berbagai arah, dan mengklaim telah berhasil merebut bandara internasional di Tripoli. Pasukan Jenderal Haftar juga diketahui mendapat dukungan dari Uni Emirat Arab dan Mesir.
Selama perbincangan Trump dengan Jenderal Haftar, keduanya "mendiskusikan visi bersama untuk transisi Libya menuju negara yang lebih stabil serta demokratis," sebut Gedung Putih.
Alan Johnston, edit BBC cabang Timur Tengah, menilai diskusi via telepon itu mengindikasikan Washington mendukung Jenderal Haftar dan memandangnya sebagai tokoh yang dapat mengembalikan stabilitas di Libya.
Namun para rival menilai Jenderal Haftar berpotensi memimpin Libya dengan gaya otoriter.
Sementara itu AS bersama Rusia sama-sama telah menolak kerangka resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan adanya gencatan senjata di Libya.
Baca: PBB Khawatirkan Libya Masuk dalam Jurang Perang
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News