Berbicara di hadapan sejumlah perwira militer, Maduro menekankan kembali pentingnya negosiasi damai antara pihaknya dan tokoh oposisi Juan Guaido dengan dimediasi Norwegia.
"Ada ruang yang cukup untuk kiat semua di dalam Venezuela," ucap Maduro dalam sebuah pidato di Caracas, dilansir dari laman TRT World, Sabtu 6 Juli 2019.
"Kita semua harus berjuang sekuat tenaga demi mencapai sebuah perjanjian," lanjutnya. Dalam pidatonya, Maduro menyerukan latihan militer pada 24 Juli mendatang untuk melindungi sejumlah titik perbatasan Venezuela.
Venezuela dilanda krisis politik usai Guaido mendeklarasikan diri sebagai presiden interim pada Januari lalu. Guaido menyebut Maduro sebagai perebut kekuasaan, karena menilai pemilihan umum tidak diikuti banyak tokoh.
Deklarasi Guaido telah diakui Amerika Serikat dan puluhan negara lainnya. Namun Maduro masih kokoh di posisi presiden karena didukung mayoritas elemen militer Venezuela dan juga beberapa negara besar seperti Kuba, Rusia dan Tiongkok.
Maduro sempat beberapa kali menyebut Guaido sebagai sesosok "boneka" yang dikendalikan Negeri Paman Sam.
Dalam kesempatan terpisah, Guaido merayakan kemerdekaan Venezuela dengan menggerakkan para pendukungnya menuju markas kantor intelijen militer atau DGCIM. Bulan lalu, kapten angkatan laut Rafael Acosta meninggal dunia di DGCIM. Pihak keluarga dan oposisi menduga Acosta tewas akibat disiksa saat ditahan pemerintahan Maduro.
Unjuk rasa oposisi di momen kemerdekaan Venezuela ini adalah gerakan besar pertama usai percobaan pemberontakan militer berakhir gagal pada 30 April. Maduro merespons percobaan pemberontakan itu dengan menangkap sejumlah tokoh oposisi.
Awal Juli lalu, Guaido mengaku belum berencana memulai kembali dialog dengan Maduro yang disebutnya sebagai "diktator mematikan."
Namun jika nantinya dialog akan "memfasilitasi pembahasan perebutan kekuasaan" oleh Maduro, maka Guaido bersedia untuk kembali "berkomunikasi."
Baca: Peru Ajak Tiongkok dan Rusia Bahas Krisis Venezuela
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News