Tillerson menegaskan AS tidak pernah mendorong terjadinya perubahan rezim di Venezuela. Ia juga mengaku AS tidak memiliki rencana apapun terhadap negara tersebut.
Namun Tillerson menyebut bahwa secara historis, militer di negara-negara Amerika Latin biasanya melakukan kudeta saat terjadi krisis berskala besar.
Pernyataan disampaikan Tillerson dalam pidatonya di Universitas Texas, menjelang tur Amerika Latin yang akan dilakukannya dalam waktu dekat. Ia akan mengunjungi Meksiko, Argentina, Peru, Kolombia, dan Jamaika.
Masih seputar Venezuela, Tillerson melontarkan candaan bahwa Presiden Nicolas Maduro sebaiknya mencari perlindungan ke Kuba.
"Jika suasana di 'dapur' sudah terasa terlalu panas bagi dirinya, saya yakin dia memiliki beberapa teman di Kuba yang dapat memberikan hacienda (vila) indah di pantai," kata Tillerson, seperti dilansir BBC, Jumat 2 Februari 2018.
"Dalam sejarah Venezuela dan negara-negara Amerika Selatan, biasanya militer adalah agen perubahan saat situasi negara sangat buruk dan kepemimpinannya sudah tidak dapat lagi melayani warga," lanjut dia.
Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengkritik pernyataan Tillerson dan mendorong negara-negara Amerika Latin untuk bersatu menghadapi musuh bersama.
"Imperialisme adalah musuh kita. (Presiden AS Donald) Trump menyerang Meksiko sama seperti dia menyerang Venezuela dan imigran Amerika Pusat," ungkap Arreaza.
Maduro akan berusaha memperpanjang masa kepemimpinannya dengan mengikuti pemilihan umum presiden pada akhir April.
Selama ini, Maduro berulang kali menuduh AS tengah menjalankan plot jahat untuk melengserkan dirinya.
Baca: Partai Oposisi Venezuela Kecam Rencana Pemilu
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News