Demonstrasi bertajuk "March for Our Lives" dijawalkan berlangsung pada 24 Maret mendatang, dengan aksi serupa digelar serentak di sejumlah wilayah AS.
Sekelompok siswa itu, yang selamat dari pembantaian di sekolah Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, bertekad akan menjadikan tragedi tersebut sebagai titik balik untuk mengakhiri perdebatan mengenai senjata api
Nikolas Cruz, 19, mengaku membunuh 17 orang di SMA Marjory Stoneman Douglas High School dengan senapan semi-otomatis AR-15 yang dibelinya secara legal.
Salah satu korban selamat adalah Emma Gonzalez, yang mendapat perhatian dunia atas pidato emosional terhadap Presiden AS Donald Trump mengenai senjata api.
Dia bertekad kuat menjadikan tragedi di Marjory Stoneman Douglas sebagai "penembakan massal terakhir" di AS.
.jpg)
Nikolas Cruz. (Foto: Broward County Sheriff's Office)
Baca: Nikolas Cruz Akui Lakukan Penembakan di Florida
NRA
Gonzalez, 18, mendesak semua politikus bergabung untuk pembahasan aturan yang lebih ketat mengenai kepemilikan senjata api. Secara khusus ia menujukan seruan ini untuk Trump dan juga mitranya dari Partai Republik asal Florida Marco Rubio dan Gubernur Rick Scott.
"Kami ingin memberi mereka kesempatan untuk memperjuangkan hak ini," kata Gonzales, seperti dikutip AFP.
Menyinggung hubungan antara sebagian politikus AS dengan Asosiasi Senjata Api Nasional (NRA), rekan Gonzales bernama Cameron Kasky mengatakan siapapun wakil rakyat "yang mengambil uang dari NRA bertanggung jawab atas kejadian seperti ini."
NRA, sekutu tradisional dari Partai Republik yang saat ini mengendalikan Kongres dan Gedung Putih, membela Amandemen ke-2 dari Konstitusi AS yang memaparkan mengenai hak warga "memiliki dan membawa senjata api."
Sepanjang tahun ini, terdapat delapan penembakan massal di sekolah AS, dengan total kematian 20 orang dan 40 luka-luka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News