Otoritas Meksiko berhasil menghalangi rombongan imigran itu -- disebut media AS sebagai Caravan -- di jembatan yang berbatasan dengan Guatemala. Namun banyak dari mereka yang menyeberangi sungai dengan menggunakan rakit, dan meneruskan perjalanan ke utara menuju AS.
Baca: Trump Bertekad Hentikan Gelombang Imigran Honduras
Setelah berjalan selama tujuh jam di bawah terik matahari, kelompok besar imigran berhasil mencapai Tapachula di Meksiko. Dari sana, mereka harus menempuh perjalanan sejauh 3.000 kilometer untuk mencapai perbatasan Meksiko dan AS.
"Tidak ada siapapun yang dapat menghentikan kami," ucap Aaron Juarez, seorang imigran berusia 21 tahun, yang ditemani istri serta anaknya yang masih bayi.
Edwin Geovanni Enamorado, seorang petani asal Honduras, mengaku terpaksa meninggalkan negaranya harus mendapat intimidasi dari geng kriminal. "Kami lelah, tapi sangat senang. Kami bersatu dan kuat," kata dia.
Seorang imigran lainnya, Britany Hernandez, mengatakan bahwa "kami terbakar sinar matahari dan mengalami lecet. Tapi kami tiba di sini. Kekuatan kami lebih kuat dari ancaman Trump."
Sementara itu presiden terpilih Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, menyerukan adanya perlakuan manusiawi terhadap para imigran. "Kami tidak ingin mereka menghadapi apa yang (dihadapi imigran Meksiko) saat mencoba mencari pekerjaan di AS," tulis dia di Twitter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News