Menurut laporan kantor berita Washington Post, serangan siber itu melumpuhkan sistem komputer yang mengendalikan peluncuran roket serta misil Iran.
Surat kabar New York Times menyebut serangan siber itu merupakan balasan atas penembakan drone milik AS oleh Iran serta serangan terhadap dua kapal tanker di Teluk Oman.
Dilansir dari BBC, sejauh ini belum ada konfirmasi independen mengenai kerusakan yang mungkin dialami sistem senjata Iran.
Kamis kemarin, Trump membatalkan serangan balasan terhadap Iran atas insiden drone, 10 menit menjelang eksekusi rencana. Trump mengaku menghentikan rencana itu di menit-menit akhir usai mendapatkan estimasi korban jiwa.
Menurutnya, serangan yang mungkin menewaskan ratusan orang "tidak sebanding" dengan penembakan sebuah drone semata.
Baca: Hindari Korban Jiwa, Trump Batal Serang Balik Iran
Dalam wawancara bersama NBC News, Trump menegaskan dirinya tidak mau berperang dengan Iran. Namun jika perang itu pada akhirnya terjadi, Trump memperingatkan Iran mengenai potensi terjadinya "pemusnahan."
Pekan kemarin, Iran mengaku akan meningkatkan program uranium yang sebelumnya dibatasi dalam perjanjian 2015. Teheran menyebut langkah tersebut adalah balasan kepada AS yang secara sepihak menarik diri dari perjanjian itu tahun lalu.
Ketegangan terbaru antara AS dan Iran terjadi saat Trump menarik diri dari perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Trump menilai Iran terlalu banyak diuntungkan dari JCPOA, sehingga dirinya merasa perlu untuk menarik diri.
AS mengaku akan terus menerapkan, atau bahkan menambah, sanksi ekonomi terhadap Iran. Sanksi akan dicabut saat Iran dinilai sudah mengubah kebijakannya mengenai program nuklir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News