Seperti disitir Morung Express dari Reuters, Minggu (30/10/2016), seorang komandan gerilyawan mengungkapkan anak-anak itu sudah menganggap FARC sebagai keluarga.
Victoria Sandino, komandan FARC, duduk dalam perundingan di mana pemerintah dan kelompoknya bertemu untuk memberlakukan kembali perjanjian damai yang ditandatangani kedua belah pihak. Kesepakatan ditolak para pemilih dalam referendum awal bulan ini.
Dia berkata, anak-anak enggan meninggalkan barisan pemberontak. "Mereka tidak ingin meninggalkan organisasi," kata Sandino kepada Reuters dalam sebuah wawancara telepon dari Kuba di mana negosiator perdamaian berkumpul.
"Salah satu alasannya mereka katakan: 'Ya, Anda yang melindungi kami di sini selama pertempuran dan perang. Dan sekarang karena tidak ada pertempuran, kami diminta pergi dari lingkungan yang kami tahu selama ini, orang-orang yang kami kenal, dan keluarga kami. Organisasi FARC adalah keluarga besar bagi kita semua,'" katanya.
Bulan lalu, FARC membebaskan delapan tentara anak berusia di bawah 15 sebagai bagian dari pembicaraan damai.

Warga memberikan suaranya terkait perjanjian damai dengan FARC. (Foto: AFP)
Sandino mengatakan tidak ada lagi gerilyawan di bawah 15 di jajaran pemberontak dan menegaskan kembali komitmen FARC untuk membebaskan semua pejuang anak tersisa, yang sebagian besar berusia 16 dan 17, terlepas dari apapun hasil referendum. Tapi upaya tersebut berjalan lambat.
Di bawah perjanjian damai yang sudah ditandatangani, pejuang pemberontak pindah ke daerah yang ditunjuk di Kolombia dan menyerahkan senjata mereka.
"Ada banyak resistensi di bagian dari remaja lain di bawah 18 berkaitan dengan pembebasan, sebelum kita semua membaur (dalam kehidupan sipil)," kata Sandino.
Pemerintah dan negosiator perdamaian FARC telah mempertimbangkan puluhan proposal pekan ini dari wakil-wakil mereka yang memilih menentang kesepakatan karena terlalu bersikap lunak pada pemberontak.
Kelompok yang menolak, dipimpin Alvaro Uribe, mantan presiden dan oposisi saingan, menghendaki pemberontak yang telah melakukan kejahatan perang harus dikurung selama lima sampai delapan tahun.
Mereka menolak kesepakatan yang menawarkan 10 kursi kongres dan hukuman membersihkan ranjau darat alih-alih dipenjara, sebagai imbalan mengakhiri konflik lima dekade yang telah menewaskan lebih dari 220.000 orang dan membuat tujuh juta lainnya mengungsi.

Warga membawa bendera Kolombia. (Foto: AFP)
"Semangat kesepakatan yang ada akan terus berlanjut dan dipertahankan, tapi kami akan mencoba mempertimbangkan banyak kekhawatiran yang diungkapkan oleh banyak sektor," kata Sandino.
Jarum jam terus berdetak bagi negosiator untuk menuntaskan kesepakatan baru sebelum gencatan senjata pemerintah -- yang telah diperpanjang untuk kedua kalinya oleh Presiden Juan Manuel Santos -- berakhir pada tanggal 31 Desember.
Pelanggaran HAM
Menurut Kejaksaan Agung Kolombia, sekitar 11.000 anak-anak telah direkrut ke dalam barisan FARC sejak 1975. Mantan gerilyawan anak-anak mengatakan secara sukarela mereka bergabung dengan FARC.
"Mereka bukan tahanan," kata Sandino.
Tapi FARC telah lama dituduh kelompok-kelompok HAM dan pemerintah telah merekrut anak-anak secara paksa, terutama dari kelompok adat Afro-Kolombia, di daerah sekitar hutan.
Sekitar 6.000 tentara anak-anak telah meninggalkan FARC atau diselamatkan pasukan keamanan pemerintah. Mereka telah diminta bekerja sebagai kuli, utusan, dan informan, serta dilatih berperang dan menanam ranjau darat.
Sebuah laporan Sekjen PBB pada awal bulan ini menyebutkan tentang anak-anak dan konflik bersenjata. Disebutkan bahwa beberapa anak di bawah umur dipaksa melakukan kejahatan serius di barisan pemberontak, termasuk seorang berusia 12 tahun yang dipaksa untuk menyiksa dan membunuh teman-temannya sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News