Gay bomb. (ABC.net.au)
Gay bomb. (ABC.net.au)

Sejarah Gay Bomb, Bom AS yang Membuat Musuh Jadi Homoseksual

Riza Aslam Khaeron • 26 November 2024 18:20
Jakarta: Pada tahun 1994, Wright Laboratory, yang merupakan bagian dari Angkatan Udara Amerika Serikat, mengembangkan ide yang cukup kontroversial dan aneh untuk sebuah senjata non-lethal.
 
Senjata ini dikenal dengan nama "gay bomb," yaitu bom yang dirancang untuk membuat pasukan musuh tertarik secara seksual satu sama lain.
 
Ide ini didasarkan pada penggunaan feromon seks yang disebarkan ke musuh dengan harapan mereka akan kehilangan fokus dan terjadi kebingungan di medan perang.
 

Latar Belakang Pengembangan Gay Bomb

Gagasan pengembangan "gay bomb" muncul di tengah era di mana militer Amerika Serikat sedang mencoba berbagai metode perang non-konvensional. 

Pada tahun 2000, Angkatan Udara Amerika Serikat bahkan mengajukan proposal untuk mendapatkan pendanaan sebesar $7,5 juta guna mengembangkan senjata kimia ini.
 
Dalam dokumen "Harassing, Annoying and Bad Guy Identifying Chemicals" yang akhirnya terungkap melalui permintaan Freedom of Information Act oleh Sunshine Project, disebutkan bahwa mereka memproposalkan 3 jenis senjata tidak membahayakan, yakni:
 
1. Bahan kimia yang menarik makhluk-makhluk ke posisi musuh dan membuat mereka agresif dan menyebalkan. Serangga penyengat dan penggigit, tikus, dan binatang besar bisa menjadi kandidat yang bagus.
 
2. Bahan kimia yang menimbulkan tanda tidak membahayakan bagi tentara
 
3. Bahan kimia yang menyebabkan perubahan terhadap perilaku manusia, yang keji namun tidak membahayakan, contohnya seperti afrosadiak kuat yang menyebabkan perialku homoseksual. Contoh lainnya adalah bahan kimia yang membuat personel sensitif terhadap sinar matahari.
 
Ide dasarnya adalah bahwa dengan membuat pasukan musuh menjadi tertarik satu sama lain, hal ini akan mengakibatkan hilangnya fokus dalam menjalankan tugas mereka di medan perang, sehingga memberi keuntungan bagi pihak Amerika Serikat.
 
Ide ini, meskipun terdengar aneh, mencerminkan upaya militer AS untuk mencari senjata non-mematikan yang dapat digunakan untuk memenangkan pertempuran tanpa harus melakukan pembunuhan.
 

Kontroversi dan Kritik

Ketika dokumen terkait pengembangan "gay bomb" ini muncul ke publik, banyak orang meragukan keefektifan dan moralitas dari ide tersebut.
 
Para ahli kimia dan ilmuwan menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa feromon dapat digunakan untuk mengubah orientasi seksual manusia secara instan.
 
Sebagai contoh, Aaron Belkin dari Michael Palm Center mengatakan bahwa "Gagasan untuk menyemprotkan bahan kimia dan mengubah perilaku seksual seseorang adalah ide yang tidak masuk akal," melansir The Guardian, tahun 2007.
 
Bukan hanya dari sisi ilmiah, dari segi etika dan moral, gagasan ini juga menuai banyak kecaman. Banyak yang berpendapat bahwa penggunaan senjata seperti ini merupakan bentuk pelecehan terhadap orientasi seksual dan melanggar hak asasi manusia.
 
Pentagon sendiri tidak pernah secara resmi membantah bahwa ide ini pernah diusulkan, tetapi lebih memilih untuk menyatakan bahwa
 
"Departemen Pertahanan berkomitmen untuk mengidentifikasi, meneliti, dan mengembangkan senjata non-mematikan yang akan mendukung pasukan kami di medan perang," Melansir The Guardian, tahun 2007.
 
Melansir The Guardian, para komentator merasa bahwa Pentagon mungkin merasa malu karena usaha-usaha gila ini terungkap ke publik.
 

Penghargaan Ig Nobel

Ide pengembangan "gay bomb" bahkan memenangkan penghargaan Ig Nobel pada tahun 2007, yaitu penghargaan yang merayakan sisi tidak biasa dari penelitian dan menghormati imajinasi.
 
Penghargaan ini diberikan kepada penelitian atau ide yang dianggap aneh, konyol, atau tidak berguna.
 
Sejarah <i>Gay Bomb</i>, Bom AS yang Membuat Musuh Jadi Homoseksual
Foto: Piala Ig Nobel. (BBC)
 
Wright Laboratory diberikan penghargaan ini untuk usahanya dalam mengembangkan senjata kimia yang akan memicu perilaku homoseksual di antara pasukan musuh, sehingga membuat mereka kehilangan fokus di medan perang.
 
Penghargaan ini secara tidak langsung menjadi bentuk satir atas upaya militer dalam mencari inovasi yang tidak konvensional di tengah situasi perang.
 
Penghargaan ini secara tidak langsung menjadi bentuk satir atas upaya militer dalam mencari inovasi yang tidak konvensional di tengah situasi perang.
 
"Gay bomb" merupakan contoh nyata bagaimana di tengah ketegangan perang, militer Amerika Serikat mencoba mengembangkan berbagai senjata non-lethal yang kreatif, meskipun ide tersebut sering kali tampak tidak masuk akal dan tidak efektif.
 
Dalam kasus "gay bomb," meskipun tidak pernah benar-benar dikembangkan atau digunakan, gagasan tersebut menyoroti sejauh mana militer mencoba untuk berpikir "di luar kotak" demi menemukan solusi perang non-mematikan.
 
Namun, gagasan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya mempertimbangkan aspek moral dan etis dalam setiap inovasi teknologi, terutama yang berkaitan dengan peperangan dan manusia.
 
Baca Juga:
Dua Pria Soviet Dalam Sejarah Berhasil Cegah Kiamat Nuklir, Siapa Saja?

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan