Hindia adalah nama panggung dari musisi Baskara Putra untuk proyek solonya yang dimulai sejak 2018. Sebelum fokus pada Hindia, Baskara Putra juga dikenal luas sebagai vokalis utama band rock alternatif .Feast dan frontman grup musik Lomba Sihir.
Sebagai Hindia, Baskara telah menghadirkan musik yang berbeda dari kedua bandnya tersebut. Karyanya dikenal karena liriknya yang introspektif dan sering kali membahas isu-isu personal seperti kesehatan mental, kecemasan, dan kegelisahan generasi muda.
Meski memiliki banyak penggemar dan mampu menghadirkan banyak penonton dalam setiap konser yang menampilkannya, tetapi tidak sedikit pihak yang mencekal Hindia tampil di atas panggung. Tentu saja hal itu berhubungan dengan isu satanic yang melekat padanya.
baca juga: Konser Hindia Batal karena Dianggap Pemuja Setan, Panitia Menolak Refund |
Ramainya Penolakan Konser Hindia
Beberapa waktu lalu, konser Hindia yang dijadwalkan pada 18 Juni 2025 di Taman Budaya Banda Aceh telah dibatalkan. Pembatalan ini terjadi menjelang acara dimulai dan memicu kekecewaan penonton.
Diketahui bahwa pembatalan tersebut disebabkan oleh panitia yang tidak mengantongi izin keramaian yang diperlukan. Meskipun alasan resmi adalah masalah izin, beberapa sumber menyebutkan bahwa izin tidak dikeluarkan karena tidak adanya rekomendasi dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) setempat, yang dipicu oleh tuduhan satanisme terhadap Hindia.
Penolakan konser Hindia pun kembali terjadi di kota Tasikmalaya. Beberapa pihak dari ormas setempat menyampaikan penolakan keras terhadap rencana konser Hindia dalam acara Ruang Bermusik yang dijadwalkan pada 19–20 Juli 2025.
Penolakan ini didasarkan pada tudingan bahwa Hindia membawa simbol-simbol yang dianggap melanggar norma syariat dan berkaitan dengan satanisme, seperti lirik lagu dan visual panggung. Hal ini menyebabkan konser Hindia di Tasikmalaya terancam batal.
baca juga:
|
Awal Mula Munculnya Isu Satanic
Rumor mengenai Hindia sebagai pengikut iblis atau ajaran sesat mulai mencuat dan menjadi perbincangan hangat di media sosial pada akhir tahun 2023. Isu ini dipicu dari konser tunggalnya bertajuk Malaikat Berputar di Langit Jakarta pada 30 September 2023.
Konser tersebut digelar untuk mempromosikan lagu-lagu dari album studio keduanya, Lagipula Hidup Akan Berakhir (2023). Namun salah satu lagunya yang berjudul “Matahari Tenggelam” justru menimbulkan tudingan bahwa Hindia adalah seorang satanic.
Sebagian besar masyarakat yang percaya dengan tudingan itu pun mengartikan lirik yang berbunyi “Kudoakan kita semua masuk neraka” sebagai bentuk ajakan atau dukungan terhadap hal-hal negatif. Kemudian, hal tersebut pun dikaitkan dengan satanisme.
Tak hanya itu, visual panggung konser tunggal Hindia juga menjadi salah satu pemicunya. Ketika lagu “Matahari Tenggelam” dibawakan, muncul visual patung bersayap di layar panggung yang dinilai mirip dengan Baphomet, figur yang sering dikaitkan dengan okultisme.
Hindia juga dituding melakukan ritual okultisme setelah meminta para penonton untuk menutup mata dengan kain saat lagu “Matahari Tenggelam” dimainkan.
Makna Lagu “Matahari Tenggelam”
Pada 19 November 2023, Hindia merilis sebuah pernyataan sebagai bentuk klarifikasi atas tudingan satanic terhadap dirinya melalui unggahan di akun Instagram @wordfang. Ia juga memberikan penjelasan mengenai makna lagu “Matahari Tenggelam.”
Lagu "Matahari Tenggelam" menggambarkan tentang cyberbullying dan mentalitas berkelompok orang-orang di internet. Hindia pun menjelaskan tentang arti di balik lirik yang menjadi sorotan dan ternyata memiliki kedekatan yang sangat personal dengan dirinya.
“Lagu ini saya tulis dalam puncak kebencian saya terhadap internet pasca bullying yang menargetkan saya sebelumnya,” tulis Hindia.
“Kalimat yang dipermasalahkan: ‘kudoakan kita semua masuk neraka’ ini merupakan kiasan ekstrim yang menggambarkan rasa sakit hati dan keinginan saya agar semua orang yang ‘gagah di balik kaca’ (baca: di balik akun media sosial mereka) merasakan ‘neraka’ yang saya rasakan tiap kali dicerca ramai-ramai,” lanjutnya.
Ketika menulis lirik lagu “Matahari Tenggelam,” Hindia sadar bahwa kalimat tersebut cukup ekstrem. Namun ia memutuskan untuk tidak menggantinya karena menyukai karya yang jujur.
“Saya pribadi suka dengan karya yang jujur, seburuk apapun muatannya, karena lagu merupakan katarsis bagi saya memahami dan mencerna perasaan saya, dan perasaan tersebut merupakan perasaan yang sangat mengganggu dan saya merasa harus dikeluarkan agar tidak terpendam dan meledak dalam diri sendiri,” tulisnya.
Instruksi Menutup Mata Bukan Ritual Satanic
Dalam klarifikasi tersebut, Hindia juga membantah mengenai tudingan ritual okultisme dalam penampilan lagu “Matahari Tenggelam.” Ia mengaku punya alasan untuk meminta penonton menutup mata dengan scarf atau kain.
“Kami ingin mencoba pencahayaan dan visual spesifik (horror dan unsettling) untuk lagu ini, dan materi serta pergerakannya sensitif terhadap penonton yang memiliki keadaan mental tertentu dan/atau memiliki sejarah seizure,” tulis Hindia.
Oleh karena itu, tindakan menutup mata berfungsi sebagai "jaring pengaman" sambil tetap menjaga konsep yang menarik.
Dalam konser tunggalnya, Hindia membuat sebuah mitologi kota fiksi Blue Valley dimana para warganya yang melihat malaikat-malaikat maut dapat mengalami kegilaan dan/atau kebutaan. Adegan tersebut ia ingin tampilkan saat membawakan lagu “Matahari Tenggelam” dengan makna khusus.
“Dalam konser, 'adegan' kedatangan malaikat maut tersebut terjadi di lagu ‘Matahari Tenggelam’, simbolisasi dari malaikat maut yang menggambarkan kemajuan teknologi dan kuasa algoritma di media sosial, juga terkait dengan lagu, menggambarkan penginggiran opini di internet,” tulisnya.
Hindia pun sengaja membuat visual menyeramkan untuk menggambarkan malaikat maut yang menjelma menjadi 'konten' di layar panggung. Sementara untuk menutup mata melambangkan bagaimana pengguna internet seringkali "buta" saat memutuskan untuk membenci sesuatu, dan menunjukkan betapa mudahnya Hindia mendorong penonton melakukan sesuatu yang tidak mereka mengerti melalui ajakan melalui internet.
“Secara konteks Matahari Tenggelam berbicara tentang pengguna internet yang gampang sekali disetir opininya dengan berbagai macam cara; kita seakan buta saat sudah memutuskan untuk membenci sesuatu di dunia maya,” tulis Hindia.
Meski telah memberikan klarifikasi dengan jelas, tudingan satanic dan anti-agama masih membayangi perjalanan karier Hindia. Namun, dengan memahami latar belakang dan makna sebenarnya di balik karya-karyanya, terutama lagu "Matahari Tenggelam" dan konsep konsernya, Sobat Medcom bisa melihat bahwa tuduhan tersebut kerap kali didasari oleh kesalahpahaman interpretasi.
Hindia, atau Baskara Putra, juga telah berulang kali memberikan klarifikasi bahwa karyanya merupakan refleksi jujur dari pergulatan batin dan kritik sosial, bukan ajaran sesat. Oleh karena itu, penting bagi Sobat Medcom untuk melihat musisi dan karyanya secara komprehensif, serta berdialog secara terbuka untuk mencapai pemahaman yang lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id