Hindia (Foto: Instagram/wordfangs)
Hindia (Foto: Instagram/wordfangs)

Ormas di Tasikmalaya Kecam Rencana Konser Hindia karena Dianggap Bikin Anak Muda Jadi Ateis

Rafi Alvirtyantoro • 14 Juli 2025 11:30
Jakarta: Musisi Hindia terancam batal manggung di kota Tasikmalaya, Jawa Barat, setelah menuai penolakan dari ormas atau organisasi kemasyarakatan setempat.
 
Hindia telah diumumkan sebagai salah satu lineup dalam festival musik Ruang Bermusik 2025 yang digelar di Lanud Wiriadinata, Kota Tasikmalaya, pada 20 Juli mendatang. Namun kedatangannya memicu respons negatif dari sejumlah masyarakat.
 
Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat beberapa orang melakukan unjuk rasa di Tugu Asmaul Husna, Cihideung, dengan memasang spanduk penolakan.

“Konser bukan ancaman keimanan,” salah satu kalimat yang tertulis di spanduk itu.
 
Hindia ditolak datang ke Tasikmalaya karena lagu-lagunya dianggap ormas memiliki unsur yang melanggar norma syariat. Adapun beberapa hal khusus yang diperhatikan oleh pihak ormas.
 
“Yang dipermasalahkan musik Hindia ada indikasi satanic yang memang melanggar norma syariat, terutama pemahaman simbol dajjal, baphomet, dan lambang ateis dengan jargon freemason,” kata Ketua Al Mumtaz Kota Tasikmalaya Ustaz Hilmi Afwan, seperti yang diberitakan Media Indonesia pada Minggu, 13 Juli 2025.
 
Menurutnya, konser Hindia di Tasikmalaya harus dibatalkan demi menyelamatkan generasi muda di masa depan.
 
“Konser musik Hindia harus dibatalkan dan tujuannya untuk menyelamatkan akidah generasi muda dari pengaruh musik Hindia yang disinyalir liriknya membawa penonton ke dalam neraka,” ucap Ustaz Hilmi Afwan.
 
Salah satu bait lirik lagu Hindia yang dipermasalahkan adalah “Ku doakan kita semua masuk neraka, panjang umur, matahari tenggelam dan Selamat datang malam” dari lagu “Matahari Tenggelam” yang dirilis pada 2023 lalu.
 
Ustaz Hilmi Afwan menjelaskan bahwa tidak ada larangan untuk pertunjukan seni dan musik di Tasikmalaya. Namun jika adanya indikasi yang melanggar norma syariat, maka para ulama dengan tegas menolaknya.
 
“Tasikmalaya tidak alergi dengan musik dan seni, tapi jika musik yang berbalut seni terindikasi adanya upaya penggiringan menjadi ateis, menjadi pemantik, semua ulama bersikap tegas menolak konser musik Hindia,” jelasnya.
 
“Karena konser musik Hindia mengandung unsur penyambutan terhadap kekuatan kegelapan sebagai bagian dari satanisme,” lanjut Ustaz Hilmi Afwan.
 
Sementara itu, Wakil Wali Kota Tasikmalaya Raden Dicky yakin bahwa pihak penyelenggara konser musik yang menghadirkan Hindia tidak memiliki maksud yang buruk. Ia menduga bahwa penolakan ini dipicu akibat peristiwa serupa di Aceh beberapa waktu lalu.
 
“Saya tidak mau berbicara kepentingan pribadi dan segala sesuatu bicara sesuai aturan yang ada. Akan tetapi, saya yakin teman dari EO tidak ada maksud buruk sama sekali,” ujar Raden Dicky.
 
“Mungkin berpikir sebelumnya sudah pernah, kayak kejadian di Aceh, kemungkinan menjadi pemicu utamanya,” tambahnya.
 
Raden Dicky akan berusaha untuk mencari solusi tentang penolakan Hindia di Tasikmalaya. Ia ingin konser tetap berlangsung sesuai dengan aturan dan hal-hal yang telah disepakati.
 
Sebelumnya, konser Hindia yang seharusnya digelar di Taman Budaya, Banda Aceh, pada 18 Juni 2025, dibatalkan secara mendadak. Pembatalan ini disebabkan oleh masalah perizinan, dimana Polresta Banda Aceh tidak mengeluarkan rekomendasi izin karena panitia tidak mengantongi rekomendasi dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh.
 
Hingga artikel ini ditulis, pihak penyelenggara belum memberikan informasi mengenai klarifikasi atau pembatalan Hindia manggung di Ruang Bermusik 2025.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ASA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan