Ditulis oleh Sistine (Anindita Saryuf) dan diproduseri bersama Joseph Saryuf, "SIN" merupakan karya mandiri yang juga akan menjadi bagian dari album penuh Santamonica berikutnya bertajuk Wunderkammer — kelanjutan dari album debut mereka, Curiouser and Curiouser (2007).
Menariknya, lagu "SIN" sebenarnya telah ditulis sejak tahun 2008. Kala itu, Sistine tengah bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan besar tentang konstruksi sosial dan ketidakadilan yang kerap dilekatkan pada perempuan.
“Lagu ini berangkat dari pemikiran tentang bagaimana perempuan sering dilihat sebagai sumber dosa,” jelas Sistine. “Sejak kisah Adam dan Hawa, narasi itu terus diwariskan.”
| Baca juga: Ikut Aksi Bela Palestina, Zaskia Adya Mecca Dikepung Aparat Mesir |
Dengan nuansa musik yang gelap dan atmosferik, lirik "SIN" terasa seperti fragmen yang puitis namun tidak menggurui, menyampaikan keresahan tanpa perlu berteriak. Ini bukan lagu tentang penebusan, tapi tentang kesadaran, tentang bagaimana perempuan menghadapi sistem yang menghakimi sejak lama.
Yang lebih menggetarkan, "SIN" terasa nyaris profetik. Sistine mengungkapkan bahwa bertahun-tahun setelah lagu ini ditulis, ia melihat refleksi emosinya dalam adegan karakter Daenerys Targaryen di serial Game of Thrones—saat sang ratu membakar kota.
“Meski konteksnya berbeda, ada sesuatu yang menggetarkan. Kemarahan yang terpendam, rasa diremehkan, lalu tiba-tiba dianggap sebagai ancaman—semua itu mencerminkan emosi yang saya tulis di lagu ini. Tentang titik balik seorang perempuan yang selama ini disuruh diam, memikul beban yang bukan miliknya, lalu akhirnya memilih untuk tidak lagi patuh," terang Sistine.
Visual untuk "SIN" juga menyimpan cerita. Foto yang menjadi artwork sampul lagu ini dibuat pada 2015, saat Santamonica sedang vakum. Saat itu, Sistine berkolaborasi dengan fotografer Ifan Hartanto dan label Tangan dalam proyek koleksi perdana mereka, yang melibatkan sejumlah stylist dan fotografer untuk menerjemahkan karya mode ke dalam foto.
Konsep foto ini terinspirasi dari lagu "SIN", meskipun saat itu Sistine tidak menyangka lagu ini akan pernah dirilis.

Dalam visual tersebut, tampak seorang perempuan di dalam ruang jagal, dengan apel menyumpal mulutnya—simbol yang langsung mengingatkan pada kisah Hawa dan dosa asal. Setting tempat yang dingin dan fungsional memperkuat narasi bahwa tubuh perempuan kerap diposisikan sebagai objek, atau bahkan komoditas.
Ritual dalam Diorama: Musik Video “SIN”
Untuk memperkuat penyampaian pesan “SIN”, Santamonica menyajikan sebuah video musik yang tampak minimalis secara struktur, namun sarat lapisan makna dan simbolisme visual.Dalam video ini, Sistine dan Joseph tampil di dalam sebuah kotak kaca, menyerupai diorama hidup—sebuah ruang hening yang membekukan waktu. Mereka berdiri berhadapan, memainkan vintage synthesizer, dikelilingi oleh permainan cahaya artifisial dan proyeksi visual yang menghidupkan narasi tentang mitologi perempuan, feminitas yang terluka, dan perlawanan yang selama ini dibungkam. Seluruh atmosfer terasa seperti bagian dari ritual, sebuah doa sunyi yang digantungkan di antara fragmen waktu dan memori.
| Baca juga: Gustiwiw Sosok Humoris di Balik Lagu Populer Nadin Amizah |
Dalam video ini, Sistine dan Joseph mengenakan busana couture eksklusif dari koleksi terbaru Redemption karya Harry Halim, perhiasan kustom Mahija rancangan Galuh Anindita, serta perhiasan wajah oleh desainer kawakan berskala internasional, Rinaldy Yunardi — yang memperkuat kompleksitas narasi "SIN" melalui ekspresi mode.
Sebagai bagian dari rangkaian menuju album Wunderkammer, "SIN" menjadi gambaran awal arah musikal Santamonica yang tetap konsisten: atmosferik, sinematik, dan jujur secara emosional.
Bagi Sobat Medcom yang penasaran dengan karya terbaru dari Santamonica, single "SIN" sudah dapat kalian dengarkan di berbagai platform musik digital.
(Basuki Rachmat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id