Namun, perihal tanggal dan tempat lahir WR Supratman sebenarnya masih diperdebatkan. Tak ayal pada Hari Musik Nasional tahun lalu sejumlah media memberitakan polemik penetapan tanggal tersebut.
Sastrawan Yapi Panda Abdiel Tambayong yang lebih populer dengan nama pena Remy Sylado berpendapat perayaan hari musik nasional yang sekadar selebrasi tanpa tindak konkrit dari pemerintah terhadap kualitas musik Indonesia sama saja dengan nol.
"Kalau cuma sekadar merayakan Hari Musik itu ya boleh, tapi apa tindakan kalau betul pemerintah mau meningkatkan kualitas musik Indonesia? Musik betul ya, bukan seni musik tapi musik seni. Itu yang akan mengangkat harkat kebangsaan kita," kata Remy Sylado saat Medcom.id berkunjung ke kediamannya di kawasan Bogor, Jawa Barat.
"Sebab pas 50 tahun Indonesia merdeka, Asosiasi Komponis Indonesia (AKI) yang dicetuskan Slamet Abdul Syukur dan itu terdiri dari para intelektual musik Indonesia. Artinya mereka betul-betul adalah pemusik yang belajar musik dari dalam negeri terutama dari luar negeri. Artinya kalau belajar musik itu kan kita melihat musik bukan ke peragaannya, bukan kok nyanyinya, tetapi sainsnya. Apakah pemerintah sudah betul-betul mau memajukan musik dari sudut itu," sambung Remy.
Menurut Remy, pengetahuan tentang musik di Indonesia dinilai masih kurang. Dia pun mempertanyakan untuk apa tujuan sebenarnya hari musik dirayakan.
"Kalau kita berbicara musik kita berbicara musik dagang, musik yang dijual oleh cukong-cukong lantas orang yang bermain musik dengan bakat alam semata-mata jadi kaya, tapi pendidikan yang betul enggak ada. Kemarin waktu saya berbicara tentang RUU (Permusikan) ada seorang guru mengaku S2 dia di musik dia enggak ngerti musik itu apa. Sebab apresiasi dia hanya mendengarkan lagu-lagu dari Iwan Fals. Aduh kasihan banget. Ini guru S2! Jadi miskin sekali pengetahuan kita tentang musik," kata Remy.
"Kalau mau bicara tentang merayakan Hari Musik itu apa? Saya enggak ngerti. Ini apa yang mau dirayakan? Musiknya sudah ada atau belum?" paparnya.
Sementara itu, pengamat musik Bens Leo menilai Hari Musik Nasional penting dirayakan. Bens yang juga menjabat sebagai Kepala Humas PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia) menilai Hari Musik Nasional perlu dirayakan karena musik sudah menjadi bagian yang dinikmati setiap hari.
"Penting sekali, apalagi hari musik. Karena standarisasi musik itu sehari kita enggak menikmati musik itu sesuatu yang hilang di kita," kata Bens Leo kepada Medcom.id saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Terkait kontroversi tanggal 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional, Bens Leo mengesampingkan hal itu dan menilai masyarakat perlu memberi apresiasi terhadap WR Supratman dengan karya gubahannya Indonesia Raya.
"Yang paling penting adalah ini memang merujuk pada Wage Rudolf. Setahu saya yang dipermasalahkan itu adalah tempat lahirnya, Purworejo atau di Jakarta. Saya pikir enggak perlu sampai ke situ. Ngapain gitu tentang tempat lahir. Kalau yang paling penting kan hari lahir kan sebetulnya," kata Bens.
Pada 9 Maret ini, Bens Leo menuturkan pihak PAPPRI Jakarta akan memberikan royalti kepada para insan musik. Seremoni akan dilangsungkan di Perpustakaan Nasional Jalan Merdeka Barat. PAPPRI menjadi fasilitator Karya Cipta Indonesia (KCI) yang memberikan royalti kepada pelaku musik dan penyanyi terdaftar. Undang Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 tertulis, penerima royalti tidak hanya pencipta lagu tetapi juga musisi yang membawakan lagu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id