Menurut laporan dari Agence France-Presse (AFP), insiden penangkapan ini terjadi di Provinsi Takhar, Afghanistan. Pihak kepolisian setempat menyatakan bahwa sekelompok individu tersebut berkumpul di sebuah rumah tinggal pada Kamis malam, 8 Mei 2025. Aktivitas mereka bermain musik dan bernyanyi dinilai mengganggu ketertiban umum.
"Empat belas orang memanfaatkan waktu malam untuk berkumpul di sebuah rumah tinggal. Di sana, mereka memainkan alat musik dan menyanyikan lagu-lagu yang menimbulkan gangguan ketertiban umum," ujar pihak kepolisian dalam keterangannya, dikutip oleh Arab News pada Senin, 12 Mei 2025.
baca juga: |
Laporan terakhir menyatakan bahwa 14 orang yang diamankan tersebut sedang dalam proses penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwenang Taliban.
Pembatasan Musik Sejak Taliban Berkuasa
Sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada 2021, pemerintahan Taliban secara bertahap memberlakukan berbagai undang-undang dan peraturan yang sejalan dengan interpretasi ketat mereka terhadap hukum Islam (Syariah).
Salah satu kebijakan kontroversial adalah pembatasan kegiatan bermusik di ruang publik. Kebijakan ini mencakup larangan pertunjukan musik langsung, pemutaran musik di acara-acara, restoran, kendaraan pribadi, hingga penyiaran musik melalui radio dan televisi.
Langkah tersebut diambil sebagai bagian dari upaya Taliban untuk menegakkan visi keagamaan mereka di seluruh aspek kehidupan masyarakat Afghanistan.
Tindakan represif terhadap musik tidak berhenti pada pelarangan aktivitas. Taliban juga dilaporkan telah menutup berbagai sekolah musik di seluruh negeri.
Selain itu, mereka juga menghancurkan atau membakar alat-alat musik dan sistem suara. Alasan yang dikemukakan oleh Taliban adalah bahwa musik dianggap sebagai sumber "kerusakan moral" dan dapat menyebabkan "gangguan publik."
Larangan bermain musik ini memiliki dampak yang signifikan terhadap industri musik dan para musisi di Afghanistan. Gedung-gedung pernikahan, yang dulunya ada perayaan dengan iringan musik, telah dilarang memutar musik.
Meski begitu, dilaporkan bahwa di beberapa acara pernikahan, khususnya di bagian khusus wanita, musik terkadang masih dimainkan secara diam-diam.
Dampak pada Industri Musik dan Musisi Afghanistan
Ketakutan akan tindakan represif dan hilangnya mata pencaharian di tengah kondisi ekonomi Afghanistan yang sulit telah mendorong banyak musisi untuk meninggalkan negara tersebut setelah kekuasaannya diambil alih oleh Taliban.
"Taliban belum sepenuhnya merampungkan pembentukan pemerintahan baru mereka, namun saya yakin setelah itu, musik akan menjadi sasaran mereka," kata Zabir, seorang pemain rubab, alat musik petik tradisional Afghanistan, dikutip dari The Guardian.
"Musik adalah sumber jiwa. Saya tidak ingin lagi hidup di sini tanpanya," lanjutnya yang telah menghabiskan tiga hari di gerbang bandara untuk dapat menaiki penerbangan keluar dari Afghanistan menuju mana pun.
Sebagai pengganti musik konvensional, pihak berwenang Taliban mendorong para mantan musisi untuk mengalihkan bakat mereka ke bentuk seni Islam yang dianggap sesuai dengan ajaran mereka, seperti puisi Islami dan nyanyian vokal tanpa iringan alat musik.
Bentuk seni tersebut merupakan satu-satunya jenis "musik" yang diizinkan di bawah pemerintahan Taliban pada periode sebelumnya, dari tahun 1996 hingga 2001.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News