Kendati demikian, musisi berdarah Gorontalo-Arab itu sebelumnya merintis karier sebagai komposer. Album Ratna dikatakan tak begitu laris karena kurang promosi dan dinilai tak begitu kuat. Namun, langkah bermusik Rama Aiphama terus berlanjut hingga dia mulai dikenal dengan gaya bermusiknya.
"Dia punya ciri khas tersendiri," kata Viddy Supit, Sekretaris Jenderal Asosiasi Komunitas Musik Indie Kreatif (ASKOMIK) saat dihubungi Medcom.id melalui pesan elektronik, Rabu, 11 Maret 2020.
Lebih lanjut, apakah musik-musik Rama Aiphama berdampak dalam industri musik saat itu? Viddy Supit mengamini.
"Kalau dampak, ada. Buktinya banyak yang suka," katanya.
Rama Aiphama kian dikenal setelah menyuarakan musik-musik keroncong. Saat itu, Rama Aiphama membawakan lagu Yen Ing Tawang Ono Lintang Cah Ayu serta lagu aransemen ulang Dinda Bestari karya Mus Mulyadi yang disuarakan pada tahun 90-an.
"Iya keroncong modern, ada tambahan sound-sound baru saat itu," kata Viddy Supit.
Popularitas Rama Aiphama tak hanya karena musiknya. Gaya berbusana khas gamis dengan warna mentereng dan topi bundar dikenang sebagai ciri khas seorang Rama Aiphama.
Pemilik nama Sayyid Mohammad bin Syagab Al-Idrus itu juga dikenal dengan musik melayu, dangdut, dan reggae.
Rama Aiphama diketahui telah lama mengidap sakit lambung akut sebelum berpulang. Jenazah Rama Aiphama tengah disemayamkan di rumah duka di Jalan SDI Batu Ampar Condet, Jakarta Timur. Rencananya jenazah akan dimakamkan selepas salat asar sore nanti di TPI Al Muchdar Cimanggis, Jakarta.
Rama Aiphama meninggal dalam usia 63 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id