Masih hangat berita U2 merilis album "Songs of Innocence" secara cuma-cuma melalui toko musik digital, iTunes. Juga tidak menampik realita tutupnya toko musik dan beberapa label besar di Indonesia karena lesunya penjualan fisik. Singkatnya, hantaman teknologi memaksa para pemain, industri musik, dan juga musisi untuk memeras otak mencari celah bagaimana bisa bertahan, atau lebih baik jika bertahan dalam konteks finansial sekaligus idealisme.
Belum selesai urusan migrasi masyarakat dalam menikmati musik, televisi dan radio kerap dijadikan kambing hitam dan bertanggung jawab atas tren musik yang seragam di Indonesia.
Pongki Barata, mantan vokalis band Jikustik yang kini duduk sebagai personel band The Dance Company, sudah mengecap asam-garam industri musik Indonesia. Menurut pria yang dikenal jago menciptakan lagu romantis itu, sudah seharusnya masyarakat lebih pandai dalam memilah musik yang akan dikonsumsi.
"Musik Indonesia saat ini secara musikalitas bagus dan berkembang, kalau kita mengukur industri berdasar televisi dan radio, wawasan kita hanya terbatas di situ. Seharusnya jangan. Jangan mengukur (perkembangan musik) dari televisi dan radio," ujar Pongki kepada Metrotvnews.com saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, pada Selasa (11/11/2014).
"Banyak musisi dan band di luar sana yang luar biasa bagus, bisa lihat di YouTube dan panggung independen. Mereka tidak terekspos. Selama media masih mengandalkan (musik yang seragam) itu, tidak maju. Matiin televisi, liat panggung dan YouTube," saran Pongki.
Dari sudut pandang musisi, apa yang terjadi saat ini menurut Pongki menuntut kreativitas yang tinggi dari musisi. Salah satu band yang disebut Pongki layak dicontoh dalam hal bertahan di industri musik dengan cara swadaya adalah Endank Soekamti.
Band asal Yogyakarta itu memang dikenal mampu menghadirkan hal yang baru. Sesuatu yang menarik untuk disuguhkan kepada para penggemarnya. Mulai dari menggarap film seri, boxset, ekspansi ke bisnis perusahaan rekaman, rumah produksi, hingga penerbitan buku, dilakukan Endank Soekamti untuk bertahan di industri musik dengan ideal.
"Endank Soekamti salah satu contoh semangat kreatif, semangat muda, yang terus berjalan tanpa harus menunggu orang lain membantu. Mereka membuat karya lebih dahulu, menjalani, dan (akhirnya) menjadi sesuatu yang besar. Beda dengan mental yang mengandalkan orang lain, mereka mengandalkan sponsor. Selain kreatif, Endank Soekamti memikirkan sisi bisnis. Kalau sisi kreatif oke, tapi sisi bisnis berhenti, akhirnya jadi berhenti semua. Intinya di industri kreatif itu harus kreatif," tutup Pongki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id