"Sebenernya aku risih kalau direkam diam-diam," ungkap Fuji.
Menurutnya, rekaman yang diambil sembunyi-sembunyi itu rentan viral hanya karena caption yang bersifat spekulasi. Ia menambahkan, meski memahami konsekuensi menjadi terkenal, ada batas kelelahan yang juga dirasakan.
"Ya public figure juga manusia, ada capeknya," ucapnya.
Salah satu momen paling membuatnya jengkel terjadi saat liburan tahun baru di Bali. Kala itu, seorang wanita tak dikenal diketahui telah merekam aktivitasnya tanpa henti selama satu jam penuh.
"Aku pernah loh, aku hampir pengen ribut karena aku direkam satu jam, Kak," ungkap Fuji.
Ia sudah memberi isyarat agar rekaman dihentikan, namun si pelaku hanya membalas dengan senyuman dan anggukan, sementara lensa kamera tetap menyala.
Karena cara halus tak dihiraukan, emosi kreator konten berusia 24 tahun itu pun memuncak. Ia memutuskan untuk mendatangi langsung dan meminta tegas agar rekaman dihapus.
"Akhirnya aku naik emosi lah. Aku keluar dari kolam renang, aku turun. 'Bu, saya enggak mau direkam, hapus sekarang,'" ujar Fuji menirukan ketegasannya kala itu.
Kejadian tersebut akhirnya menarik perhatian sejumlah petugas keamanan. Namun, orang tersebut bersikeras dan merasa memiliki hak penuh atas ponsel dan apa yang direkamnya.
"Ujung-ujungnya kami dipisahin sama satpam tiga. Karena orangnya ngeselin. 'Kan hape kita. Emang kenapa kalau direkam? Mau lapor apa?'" kata Fuji menirukan pembelaan pelaku.
Sang kakak, Fadly Faisal, akhirnya turun tangan untuk melerai situasi yang semakin panas. Perempuan bernama lengkap Fujianti Utami Putri itu turut mengungkapkan, meski sering menghadapi situasi serupa, insiden di Bali adalah yang paling membuatnya kesal karena durasinya yang panjang dan ketidakacuhan pelaku. Ia berharap ada timbal balik pengertian dari publik.
"Aku tau risiko public figure, tapi kalau misalnya aku sudah tegur, saling ngertiin lah," pungkasnya.
(Maulia Chasanah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News