Lagu ini adalah karya funk yang megah dan penuh energi, menampilkan ciri khas Kabeaushé: suara berlapis-lapis, paduan bunyi spinet (alat musik kuno mirip harpsichord) yang megah, serta potongan sampel yang saling bertabrakan dalam harmoni yang unik. Ini seperti perpaduan gaya Barok dengan hip-hop, antara sentuhan klasik yang halus bertemu dengan kekacauan modern yang dinamis.
“Lagu ini banyak terinspirasi dari musik Barok, terutama musik Prancis abad ke-17," jelas Kabeaushé.
“Saya mulai tertarik dengan musik klasik setelah tampil bersama Berlin Komische Oper, tapi jauh sebelum itu saya sudah menyukai bunyi harpsichord (clavecin) dalam musik Prancis. Bunyinya terasa menyenangkan namun tetap anggun," lanjutnya.
Dalam wawancara bersama Medcom, ia mengaku bahwa suara falsetto yang tinggi di lagu “I DON’T NEED YOU, SO YOU COULD TELL ME IF I’M GUD” merupakan salah satu cara untuk menunjukkan identitas Afrika yang ia pegang, khususnya Kenya, negara kelahirannya. Meski ia mengaku bahwa suara falsetto itu mungkin tidak familiar di telinga beberapa pendengar.
“Itu adalah referensi langsung tentang bagaimana wanita di Kenya bernyanyi saat mereka menyanyikan musik tradisional. Begitulah cara mereka bernyanyi karena secara alami suara mereka sangat tinggi. Dan ketika banyak dari mereka bernyanyi bersama-sama, suaranya terdengar seperti itu,” ungkapnya.
Ia menambahkan, “Ketika kamu pergi ke gereja di Kenya dan mendengar bagaimana mereka bernyanyi dalam paduan suara, terutama yang bukan di kota, itu sangat mentah dan jujur.”
Lagu ini juga memperkenalkan karakter bernama Herr Iggy, seorang penguasa egois dari kerajaan fiksi Doerf Kingdom. Tokoh ini terinspirasi dari ketertarikan Kabeaushé terhadap film Barry Lyndon karya Stanley Kubrick.
“Saya sangat menyukai kostum, narasi, dan pilihan musik Kubrick. Dia selalu memakai musik klasik… dari situlah semuanya dimulai. Ide tentang Herr Iggy sudah saya pikirkan sejak tahun 2020,” terang musisi tersebut.
Single ini juga dilengkapi dengan video musik hitam-putih bergaya sinema Jerman tahun 1920-an, terinspirasi dari film klasik seperti The Cabinet of Dr. Caligari dan Dr. Mabuse. Karya ini menjadi pembuka dari sebuah kisah sinematik tentang kekuasaan, megalomania, dan siklus kejatuhan serta kebangkitan.
Tentang Kabeaushé
Kabochi Gitau, nama asli Kabeaushé, merupakan penyanyi, rapper, dan produser, ia telah membuat musik rap dan elektronik sejak tahun 2015, bekerja sama dengan kolektif kreatif asal Uganda, Nyege Nyege, serta merilis album The Coming Of Gaze di label Hakuna Kulala (2023).Ia menciptakan pusaran gaya musik yang memikat, menggabungkan pengaruh dari Nairobi, Kenya hingga Berlin, Jerman; dari musik Barok Prancis hingga hip-hop; dari film blaxploitation hingga karya seni Jean-Michel Basquiat. Ia menyebut diri sendiri sebagai radikal, cerdas, dan kompleks.
Album debutnya yang mendapat banyak pujian, Hold On To Deer Life, There’s A Black Boy Behind You! (Monkeytown Records, 2023), membuatnya meraih Polyton Music Prize dan VIA VUT Award pada tahun 2024. Musiknya juga telah digunakan dalam serial seperti Queenie dan How To Sell Drugs Online (Fast).
Dikenal dengan penampilan panggung yang mentah dan teatrikal, Kabeaushé telah tampil di berbagai festival besar di Eropa dan Afrika, termasuk Roskilde, Rock En Seine, Reeperbahn Festival, Colors of Ostrava, dan The Great Escape.
(Nyimas Ratu Intan Harleysha)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id