Baru-baru ini, band asal Yogyakarta, Majelis Lidah Berduri, mengikuti jejak musisi global dan lokal lainnya dengan menarik seluruh katalog musik mereka dari layanan tersebut. Langkah ini menjadi bagian dari gerakan yang lebih besar, menyoroti berbagai masalah yang memicu ketidakpuasan para seniman.
Melalui unggahan di akun Instagram @majelislidahberduri, band yang sebelumnya dikenal sebagai Melancholic Bitch, secara tegas menyatakan, “Kami cabut dari Spotify sebab kami berdiri bersama kalian. #freePalestine #freefromextractiveeconomy #freelistener.”
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa boikot yang dilakukan oleh Majelis Lidah Berduri didasari oleh isu-isu etika dan kemanusiaan.
Alasan para musisi yang cabut dari Spotify
1. Keterlibatan CEO Spotify dalam Industri Pertahanan Militer
Alasan terbaru dan paling memicu kemarahan adalah hubungan antara CEO Spotify Daniel Ek dengan perusahaan pertahanan berbasis kecerdasan buatan (AI), Helsing. Perusahaan modal ventura milik Ek, Prima Materia, telah menginvestasikan lebih dari $100 juta (Rp1,6 triliun) di Helsing.
Bahkan, Ek juga telah menjabat sebagai ketua perusahaan ini. Helsing diketahui telah menggunakan AI untuk menganalisis data medan perang dan mengembangkan teknologi militer, termasuk drone, pesawat, dan kapal selam.
Para musisi, seperti band rock Deerhoof, menentang keras hal ini. “Kami tidak ingin musik kami menjadi bagian dari sesuatu yang membunuh orang. Kami tidak mau kesuksesan kami terikat dengan teknologi tempur berbasis AI,” tulisnya, dikutip dari NPR, pada Kamis, 25 September 2025.
baca juga: Ratusan Musisi Dunia Kompak Tarik Karya dari Israel: No Music for Genocide |
Bagi band seperti Massive Attack dan La Ngetnik, investasi ini tidak hanya problematik secara etika, tetapi juga terkait langsung dengan konflik kemanusiaan.
Kepada Medcom.id, Rifan Khoridi, pendiri La Ngetnik, mengecam tindakan tersebut karena dinilai tidak pantas secara adab dan kemanusiaan, terutama karena teknologi tersebut dikaitkan dengan konflik di Palestina.
Massive Attack bahkan telah bergabung dengan inisiatif “No Music for Genocide” sebagai bentuk protes terkait hal tersebut.
Majelis Lidah Berduri juga secara eksplisit menyoroti isu ini. Dalam lanjutan unggahan di akun Instagramnya, mereka menyatakan alasan boikot adalah karena Spotify dinilai "pro genosida Palestina" dan berinvestasi besar-besaran pada "perkembangan teknologi perang."
2. Masalah Finansial dan Transparansi Royalti
Selain isu etika, masalah klasik seputar royalti dan transparansi juga menjadi alasan utama musisi meninggalkan platform. Sejak kemunculan platform streaming seperti Spotify, banyak musisi merasakan penurunan kompensasi finansial yang signifikan.Jamie Stewart dari grup eksperimental Xiu Xiu menyebut kualitas suara dan model pembayaran Spotify sebagai "lelucon." Ia mengatakan bahwa Spotify "tidak memberikan kebaikan apa pun bagi musisi, melainkan hanya untuk dirinya sendiri.”
baca juga:
|
La Ngetnik juga mengalami masalah serupa. Rifan Khoridi mengungkapkan kepada Medcom.id bahwa Spotify seringkali tidak transparan dan akurat dalam melaporkan jumlah streaming dan pendengar. Data di aplikasi jauh berbeda dengan yang mereka terima, membuat musisi sulit mendapatkan laporan yang jujur tentang karya mereka.
3. Gerakan Moral dan Sikap Anti-Kapitalisme
Aksi boikot ini juga mencerminkan sikap moral dan perlawanan terhadap sistem ekonomi yang dianggap eksploitatif. Banyak musisi, terutama dari ranah independen, melihat diri mereka sebagai bagian dari gerakan yang lebih besar untuk menentang dominasi perusahaan teknologi raksasa.Mereka merasa bahwa kesuksesan yang ditawarkan platform Spotify tidak sebanding dengan beban moral dan etika yang harus mereka pikul. Deerhoof menyebut diri mereka sebagai "bisnis kecil" yang menolak menjadi bagian dari sistem kapitalis yang mendanai "persenjataan terkomputerisasi.”
Gerakan ini juga mendorong musisi untuk kembali ke model distribusi musik yang lebih adil dan transparan, seperti Bandcamp, di mana pendengar dapat secara langsung mendukung para seniman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id