Album terbaru Raisa ini bukan sekadar kelanjutan diskografi, tetapi penanda penting perjalanan sebagai penyanyi-penulis lagu yang selalu berhasil dalam melakukan penjelajahan rasa. Mengungkapkan getar emosi yang samar, melalui potret musik yang beresonansi dengan banyak orang. Menjadikan karya-karya Raisa bagian dari kita. Hangat dan tak berjarak.
ambiVert bukan ambisi seorang Raisa. Album ini digarap tanpa tendensi dan ekspektasi yang berlebihan, tetapi justru semangat itu yang membuat ambiVert menjadi cermin jujur
kedewasaan Raisa. Bukan saja dalam konteks sebagai musisi, tetapi manusia seutuhnya
dengan segala perasaan yang dialami. Album ini membawa Raisa melepas titel yang
disematkan kepadanya selama ini, masuk ke dalam diri, menggali kembali reruntuhan peristiwa
yang telah dialami dan menyatakan bahwa sejatinya kita memiliki luka yang sama.
“Saat awal masuk studio, aku benar-benar nggak mikir apa-apa. Enggak mikir pengin bikin
album yang seperti ini atau seperti itu. Enggak sama sekali. I’ve got nothing to prove. Aku
sudah punya empat album sebelumnya yang merepresentasikan stages of my life. Sekarang
aku dalam fase tak terbebani apa-apa dan hanya ingin jujur saja dalam menulis lagu,” ungkap
Raisa.
Raisa menulis sendiri sebelas track dalam album ini. Sepuluh di antaranya ia kerjakan dengan
cara lokakarya bersama para produser di sebuah villa di kawasan Sentul, Jawa Barat. Cara
“mengasingkan” diri sejenak dari rutinitas rumah tangga untuk fokus pada proses penulisan
lagu membuat materi-materi dalam ambiVert punya kedalaman tersendiri. Sesi penulisan lagu
yang intens membuat proses kreatif terjaga. Raisa benar-benar larut dan mencurahkan diri
sepenuhnya dalam proses pengkaryaan. Ia memilih Lafa Pratomo, Rendy Pandugo, dan
Rishanda Singgih sebagai produser.
Baca juga: Rhoma Irama dan Piyu Padi Adu Argumen soal Royalti |
Tajuk ambiVert sendiri dipilih Raisa dengan dasar pemaknaan akan karakter manusia yang tak
lepas dari kehidupan yang penuh warna, dan di sisi lain kerapuhan yang tak jarang menyergap
dalam kesendirian. Dalam bentang itu pasang surut kehidupan silih berganti dan seringkali kita
tak punya pilihan selain menjalani hidup sebaik-baiknya.
“Menurutku rata-rata orang itu ambivert. Sepertinya nggak mungkin ada yang 100% extrovert
dan nggak ada sisi introvert sama sekali. Begitu juga sebaliknya. Jadi, itu yang digambarkan di
album ini. Lagi bersenang-senang dengan sama teman, ada lagu ‘It's Okay To Not Be Okay’
atau ‘Ternyata Tanpamu.’ Tapi ketika lagi sendirian, reflektif, kita masuk zona introvert dan ada
lagu-lagu seperti ‘I'll Be Waiting.’ Semua sisi ambivert itu bisa ditemuin di album ini,” ungkap
Raisa.
Album ini juga menghadirkan kolaborasi Raisa dengan sahabat lamanya, Barsena Bestandhi, dalam track “Awal Kisah Selamanya” dan juga solois pria pendatang baru berkarakter kuat, Rony Parulian, dalam track “Tetap Bukan Kamu.” Menarik melihat Raisa dalam memilih kolaborator. Raisa seperti mengosongkan kembali dirinya dan terbuka pada berbagai kemungkinan karya yang akan dilahirkan. Ia menjadikan kolaborator sebagai partner dalam mewujudkan sisi kerapuhan emosi yang menjadi pondasi inspirasi lagu-lagunya. Bukan semata memilih kolaborator untuk tujuan angka-angka dunia maya demi menjaga popularitas.
“Aku sangat suka kolaborasi, tetapi memang buat aku kolaborasi itu hal yang tidak bisa dibikin-bikin. Tidak bisa dipaksakan. Di album ini ada dua kolaborasi, untuk Barsena sendiri memang sudah lama banget pengin nyanyi bareng karena aku sudah kerja sama dia dari album Handmade. Dan kami berdua saling mengagumi. Kolaborasi dengan Barsena itu kejadiannya organik banget.”
Baca juga: Ibu-Ibu Nasida Ria Sudah Ramalkan Soal Nuklir dan Perang Teluk Arab |
“Sedangkan kolaborasi dengan Rony, memang aku ingin duet dengan sosok yang aku sendiri belum pernah lakukan sebelumnya. Karakter (vokal) Rony beda banget sama aku. Waktu pertama kali ke studio dengan Rony sebenarnya aku kayak, ‘Aduh benar-benar nggak tahu nih akan gimana karena angkatannya juga beda jauh.’ Sempat takut referensinya beda, tetapi ternyata referensi lagu-lagu lama kita sama. Bahkan ada lagu Peter Cetera yang kami berdua sama-sama suka. Dari situ aku menemukan banyak kesamaan dan justru menjadi salah satu lagu paling effortless,” jelas Raisa.
Raisa tak lagi sibuk menggali warna musik dalam album ini, karena dia telah menemukannya. Tetapi, itu bukan berarti eksplorasi dan “rasa lapar” akan kreativitasnya telah berakhir. ambiVert adalah soal kedalaman rasa dan detail.
“Aku sudah melakukan cukup banyak eksplorasi musik di album-album sebelumnya. Aku tetap ingin membuat sesuatu yang baru, tetapi baru itu bukan berarti yang aneh-aneh. Aku pengin
album ini karakternya lebih ke sound-sound akustik. Sound-sound stripped down,” kata Raisa.
ambiVert adalah keberanian Raisa untuk tak memuaskan siapa-siapa. Bukan soal pembuktian, bukan pula semata merilis karya untuk menjaga jam tayang dan algoritma, dan Raisa tidak sedang berlomba menembus layar vertikal tiga puluh detik. Lebih dalam dari itu, ini adalah
kebebasan berkarya Raisa atas nama musik itu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id