Prof. Tjut Nyak Deviana Daudsjah, M.Th., A.Mus.D. (Foto: dok. pribadi)
Prof. Tjut Nyak Deviana Daudsjah, M.Th., A.Mus.D. (Foto: dok. pribadi)

Hari Musik Nasional

Pentingnya Sosok Nick Mamahit bagi Prof. Tjut Nyak Deviana

Sunnaholomi Halakrispen • 09 Maret 2021 10:00
Jakarta: Musisi Nicholas Maximiliaan Mamahit alias Nick Mamahit merupakan musisi Indonesia pertama yang meraih gelar Magister Musik pada tahun 1940-an. Sosoknya berarti bagi pianis legendaris Prof. Tjut Nyak Deviana Daudsjah, M.Th., A.Mus.D.
 
Guru, Om, sahabat, menjadi sebutan yang tepat dari Deviana untuk musisi kelahiran tahun 1923 itu. Semasa hidup Nick, Deviana kerap kali menghampirinya untuk bertukar pikiran membahas isu musik hingga bercengkerama tentang kehidupan.
 
"Alm. Om Nick Mamahit itu orangnya jenaka. Kalau bicara celetukannya lucu. Dan mengingatkan saya ke zaman-zaman sewaktu SMP. 'Ajegile,' paling sering tuh Om Nick," ucap Deviana kepada Medcom.id.

Nick Mamahit merupakan sosok Om yang humoris bagi Deviana. Almarhum Nick kerap kali menjawab dengan candaan ketika Deviana memuji alunan musik piano yang dimainkannya.
 
Nick menganggap wanita lulusan kampus musik di Jerman itu sedang mengejeknya, dengan berpura-pura tidak tahu teknik harmoni tersebut. Padahal, Deviana serius menanyakan chord piano yang dimainkan Nick kala itu.
 
''Coba om ajarin dong om, tadi mainnya bagus.' Dia bilang, 'udah, jangan meledek deh lo.' Dia kira saya meledek. Lalu saya mainkan voicing (susunan harmoni) saya. Lalu dia bilang, 'catatin dong buat Om.' 'Nah sekarang Om yang balik meledek saya ya'," kenangnya.
 
Kenangan yang dilaluinya bersama mendiang Nick tak terhitung. Suatu cerita, saat dirinya mendirikan Yayasan Daya Bina Budaya, dia mengajak Nick Mamahit untuk menjadi dewan pembina. Lalu, disetujui.
 
Deviana pun menjadi lebih sering menghabiskan waktu dengan bertemu dan berbincang dengan Nick, berdiskusi tentang ilmu musik. Nick tetap aktif, bahkan ketika divonis mengidap stroke, ia masih mampu bermain piano dengan tone yang sempurna, meskipun menggunakan sarung tangan.
 
Wanita yang kini berusia 63 tahun ini bertekad untuk memperkenalkan nama Nick Mamahit di tengah musisi muda Indonesia. Salah satunya, mengajak Nick tampil di festival jazz yang bernama Indonesia Open Jazz. Ia terus mengajak Nick tampil di berbagai festival musik yang digagasnya pada tahun 2001 hingga 2003.
 
"Kami juga pernah tampil yang waktu itu namanya Passing The Torch. Bertiga, jadi musisi senior, musisi medieval-nya saya, dan musisi muda yaitu Irsa Destiwi. Kami waktu itu diundang ke rumahnya Ibu Pia Alisjahbana," jelasnya.
 
"Diundang juga oleh organisasi kesenian yang namanya Komseni (Komunikasi untuk Seni) yang dipimpin oleh Ibu Debra Yatim, kebetulan sepupu saya. Lalu kami tampil, ada Om Bubi Chen, Om Nick Mamahit, dan saya, tahun 2001 awal kalau tidak salah di Hotel Mandarin atau Shangri-La," paparnya.
 

 
Masih banyak peristiwa lainnya yang dilalui bersama dalam bermusik. Salah satu rencana yang tak terlupakan oleh Deviana ialah hendak mengirimkan partitur yang akan dipelajari Nick, yakni open voicing, untuk bermain piano dengan gaya orkestra. Tepatnya, pada tahun 2004.
 
"Saya mau datang sebelum saya berangkat ke Jerman dalam rangka ada kongres. Begitu mau berangkat, saya dikabari Om Nick meninggal. Jadi saya mengunjungi beliau itu di rumah sakit di Cinere, sudah menjadi jenazah. Itu yang saya menyesal. Belum sempat, padahal sudah janji," ucapnya.
 
Sejumlah rencana menarik lainnya, untuk menyebarkan pendidikan musik formal di Indonesia, pun telah disiapkan. Deviana juga masih ingin mengenalkan Nick di kalangan anak muda. Namun, Tuhan memanggil Nick lebih cepat dari dugaan. Nick pulang ke Pangkuan Allah di surga pada 3 Maret 2004.
 
"Jadi saya sedih banget, saya cium jidatnya, 'Om saya permisi ya, selamat jalan, semoga Om bisa ngobrol sama Tuhan di surga.' Ya sudah saya berangkat. Terus saya simpan semua yang dikasih beliau," akunya.
 
Kisah perjuangan Nick tak pernah mati bagi Deviana. Bahkan, penerima penghargaan pianis Jazz terbaik di Zuerich-Oerlikon Swiss tahun 1977 ini menyimpan karya Nick Mamahit dengan rapi, di dalam lemari milik Nick yang dikirimkan melalui anaknya, Yusuf.
 
Museum mini itu berdiri kokoh di ruang tengah di kampus DAYA Indonesia Performing Arts Academy. Terdapat fotocopy ijazah pendidikan formal yang diraih Nick dari Belanda, karya-karyanya, piringan hitam, tulisan tentang Nick, serta buku-buku yang digunakan untuk mengajar musik.
 
"Saya bilang mau bikin museum mininya Om Nick di sekolah supaya anak-anak Indonesia yang kuliah di sini atau siapa pun yang melihat, bisa menyebar-luaskan semua yang sudah dikerjakan Om Nick," pungkasnya.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan