Masih banyak peristiwa lainnya yang dilalui bersama dalam bermusik. Salah satu rencana yang tak terlupakan oleh Deviana ialah hendak mengirimkan partitur yang akan dipelajari Nick, yakni open voicing, untuk bermain piano dengan gaya orkestra. Tepatnya, pada tahun 2004.
"Saya mau datang sebelum saya berangkat ke Jerman dalam rangka ada kongres. Begitu mau berangkat, saya dikabari Om Nick meninggal. Jadi saya mengunjungi beliau itu di rumah sakit di Cinere, sudah menjadi jenazah. Itu yang saya menyesal. Belum sempat, padahal sudah janji," ucapnya.
Sejumlah rencana menarik lainnya, untuk menyebarkan pendidikan musik formal di Indonesia, pun telah disiapkan. Deviana juga masih ingin mengenalkan Nick di kalangan anak muda. Namun, Tuhan memanggil Nick lebih cepat dari dugaan. Nick pulang ke Pangkuan Allah di surga pada 3 Maret 2004.
"Jadi saya sedih banget, saya cium jidatnya, 'Om saya permisi ya, selamat jalan, semoga Om bisa ngobrol sama Tuhan di surga.' Ya sudah saya berangkat. Terus saya simpan semua yang dikasih beliau," akunya.
Kisah perjuangan Nick tak pernah mati bagi Deviana. Bahkan, penerima penghargaan pianis Jazz terbaik di Zuerich-Oerlikon Swiss tahun 1977 ini menyimpan karya Nick Mamahit dengan rapi, di dalam lemari milik Nick yang dikirimkan melalui anaknya, Yusuf.
Museum mini itu berdiri kokoh di ruang tengah di kampus DAYA Indonesia Performing Arts Academy. Terdapat fotocopy ijazah pendidikan formal yang diraih Nick dari Belanda, karya-karyanya, piringan hitam, tulisan tentang Nick, serta buku-buku yang digunakan untuk mengajar musik.
"Saya bilang mau bikin museum mininya Om Nick di sekolah supaya anak-anak Indonesia yang kuliah di sini atau siapa pun yang melihat, bisa menyebar-luaskan semua yang sudah dikerjakan Om Nick," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id