Acara ini juga menjadi bagian dari program Genmatic (Generasi Melek Teknologi) yang digagas Direktorat Konten Digital Kementerian Ekraf untuk meningkatkan kompetensi kreator di era ekonomi digital.
Pelaksanaan workshop sempat berada di ujung pembatalan karena banjir parah yang melanda Medan dan beberapa kabupaten. Namun gelombang antusiasme peserta justru menjadi bukti bahwa komunitas penulis di Sumatera Utara memiliki daya juang yang tinggi.
Direktur Konten Digital Kementerian Ekonomi Kreatif atau Badan Ekonomi Kreatif, Yuana Rochma Astuti, S.E., M.Si, menegaskan bahwa penulis novel digital adalah bagian dari ekosistem kreator konten yang mampu membuka peluang ekonomi baru. Menurutnya, potensi ini harus terus digali agar penulis bisa meraih pendapatan maksimal.
“Para peserta sangat antusias dan tidak menyangka juga yang hadir juga banyak. Kami selalu menghimbau untuk selalu menggali potensi yang ada dan menuangkannya kalau dalam hal ini melalui bentuk tulisan di aplikasi KBM. Sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan maksimal,” ujar Yuana Rochma Astuti.
Ia mengungkapkan rasa bangga karena ekosistem penulis digital terbukti mampu berkontribusi secara ekonomi, bahkan hingga mencapai angka fantastis.
"Ada penulis yang bisa menghasilkan miliaran rupiah ya. Tadi diberikan ilmu-ilmu yang spesifik bagaimana cara dan teknis menulis dengan strategi yang baik dan bagaimana mempromosikannya. Itu baru dari ekosistem KBM saja,” lanjutnya.
CEO KBM App, Isa Alamsyah, turut menegaskan pentingnya kopdar sebagai ruang berbagi inspirasi dan motivasi. Ia berharap pertemuan langsung dengan para penulis berpenghasilan besar mampu mendorong kreativitas peserta dari Medan.
“Dengan bertemu langsung penulis yang telah berpenghasilan Rp2 miliar hingga Rp3 miliar, kami berharap para penulis di Medan semakin terpacu mencapai kesuksesan,” ujarnya.
Dalam acara ini juga diberikan penghargaan kepada para penulis yang telah mencapai level tertinggi di platform. Tiga sosok berprestasi tampil memberikan materi strategi yang mereka terapkan. Bunga BTP, penulis dengan pendapatan tertinggi sebesar Rp3,3 miliar, menyampaikan metode membangun branding dan promosi yang efektif.
Dwi Indra, penulis asal Pontianak dengan penghasilan Rp2,5 miliar, berbicara mengenai konsistensi serta peningkatan kualitas karya. Sementara itu Ciayo Indah, penulis asal Sumatera Utara berjenjang Emerald dengan pendapatan lebih dari Rp540 juta, berbagai teknik penulisan yang diminati pembaca dan cara bertahan dalam persaingan.
Kehadiran para tokoh inspiratif tersebut menjadi pemantik baru bagi geliat literasi digital. Harapannya, semangat menulis yang tumbuh semakin kuat dapat membuka peluang ekonomi yang lebih besar sekaligus mendorong lahirnya penulis baru dari seluruh penjuru Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News