Pengamat seni arsitektur dan budaya Tionghoa, Jeremy Huang menyebutkan ada patung tertentu yang pasti ada di kediaman etnis Tiongha. Tapi ciri khas yang pemaknaan yang punya makna mendalam ini tidak lagi mudah ditemukan kerena tergerus jaman.
“Biasanya di bagian halaman rumah pembesar Tionghoa terdapat patung naga, katak atau kolam ikan gurami. Naga melambangkan kepemimpinan dan keberanian, katak melambangkan semangat meraih rezeki, sementara kolam ikan gurami melambangkan kesejahteraan,” ujar Jeremy kepada Metrotvnews.com.
Semangat perniagaan warga keturunan Tionghoa juga ditunjukkan melalui pola bangunan yang sebagian besar tidak langsung menjorok ke muka jalan. Pola yang disebut dengan tusuk sate ini dihindari oleh warga komunitas Tionghoa karena dipercaya bisa menghambat laju rezeki.
“Istilah ruko (rumah toko) juga dipelopori oleh komunitas Tionghoa. Dulu, ruko pantang dibuka setelah matahari terbit dan ditutup sebelum terbenam. Ini melambangkan semangat memburu rezeki yang begitu tinggi,” kata dia.
Pola berikutnya yang patut diamati, kata Jeremy, adalah bentuk rumah yang cenderung sempit di bagian muka dan terus meluas di bagian dalam dan belakang. Hal ini, kata dia, rumah yang dipercaya sebagai penopang rezeki harus siap menampung sebanyak-banyaknya keberuntungan.
“Ini disebut dengan pola gentong, namun bentuk seperti ini sudah semakin jarang ditemukan,” kata Jeremy.
Budayawan sekaligus sejarawan Cirebon, Nurdin M.Noer menyebutkan kampung pecinan bisa ditemukan di beberapa wilayah di kota Cirebon, sebut saja jalan Pekiringan, Lemahwungkuk, Talang, Karang Getas dan lainnya. Sayangnya, kata Nurdin, tidak banyak lagi bangunan-bangunan tua yang melambangkan semangat-semangat perniagaan tersebut.
“Pola-pola ruko yang lebih modern semakin menguasai wilayah-wilayah tersebut. Perubahan demi perubahan dimulai sejak 1966 sampai 1970,” kata dia.
Selain di Cirebon, kampung pecinan juga akan secara mudah di temukan di kota-kota besar di Indonesia. Kampung pecinan dipercaya tumbuh sejak 1750-an setelah berlabuhnya kapal-kapal ekspedisi Laksamana Cheng Ho.
“Sebetulnya pecinan sudah ada jauh sebelum tahun 1750-an. Istana Kartasura misalnya pernah jatuh ke tangan kaum Cina yang memberontak pada bulan Juni 1742,” tulis Peter Carey, dalam Orang Jawa dan Masyarakat Cina 1755-1825.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News