Lakon si jantuk yang menjadi bagian dalam rumpun topeng Betawi masih berdenyut.
Melalui lakon yang pernah dipopulerkan tokoh Betawi seperti Jiung dan Bokir itu, masih bisa ditemukan pengucapan bahasa Betawi asli.
Kesenian itu merupakan bagian penutup dari kesenian topeng Betawi yang dipertunjukan semalam suntuk dalam acara pernikahan dan acara-acara lainnya.
"Dalam topeng Betawi semalam suntuk, ada dua lakon, dua babak istilahnya. Babak pertama itu cerita-cerita rakyat, baik mengangkat sosial politik maupun budaya yang berkembang di masyarakat. Babak kedua isinya lakon si jantuk. Lakon itu bentuknya teater tutur lisan seperti ungkapan, bernyanyi atau pantun," kata tokoh sastra lisan Betawi Atien Kisam saat berbincang dengan Media Indonesia, beberapa waktu lalu.
Generasi ketiga pemain lakon jantuk itu mengatakan kesenian yang memiliki ciri ungkapan tentang nasihat pernikahan itu kini masih diminati remaja.
Melalui pementasan itu, para penonton bisa menyerap bahasa Betawi asli.
"Bisa dikatakan lakon jantuk ini stand up comedy-nya Betawi. Ada seorang pemain stand up comedy bilang, 'ini saya dapat nuansa baru, Bang'. Makanya harus lebih intens pengenalan kepada remaja yang masih asing (dengan lakon jantuk), karena ini sastra lisan atau teater tutur Betawi," tuturnya.
Selain lakon si jantuk, Lenong Bocah yang dulu sempat populer di layar kaca juga saat ini masih kerap ditampilkan. Pementasan lenong bisa ditemui di kawasan Setu Babakan, Jakarta Selatan.
Setiap akhir pekan, tetabuhan genderang, gambang dan keromong di sebuah saung dekat danau di kawasan zona B di Setu Babakan menjadi magnet setiap mata dan telinga untuk mampir dan menyaksikan lakon yang ditampilkan.
Seperti pada Minggu (28/2), para pemain Lenong Bocah yang berusia 3-15 tahun mementaskan cerita Si Pitung.
Sayangnya, dialog-dialog para pemain lebih banyak hanya menggunakan logat Betawi, sedangkan bahasa Betawi yang diucapkan hanya terbatas pada panggilan orangtua dan keluarga, serta kata ganti orang.
Misalnya ketika tokoh Pitung cilik berdialog dengan kakeknya.
"Tenang aje, Kong. Kalo tu kumpeni nyari aye, aye kagak takut. Kan engkong udah ajarin aye kebenaran dan keberanian."
Meski demikian, pementasan itu masih banyak diminati. Pada setiap pementasan, puluhan anak-anak dan remaja Betawi asli sengaja datang untuk menonton.
"Saya datang dengan teman-teman, semua dari Condet," kata Ari, 6, salah satu penonton yang datang bersama teman-teman dan pembina dari sanggar kesenian Betawi.
Akbar, 24, penonton lainnya juga tidak mau ketinggalan untuk menonton kesenian tersebut.
Pada Minggu itu, berdua adiknya, Akbar menerabas hujan yang turun deras sejak pagi demi mendapat hiburan di akhir pekan.
"Saya memang gemar menonton kesenian Betawi sejak kecil. Biasanya seminggu sekali saya sempatkan ke sini. Bersama teman-teman atau keluarga," kata Akbar. (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id