Mono (Foto: dok pribadi Mono)
Mono (Foto: dok pribadi Mono)

Upaya Mono Membangkitkan Neurotic dan Menembus Industri Musik

Agustinus Shindu Alpito • 10 Agustus 2016 11:29
medcom.id, Jakarta: Pada bulan Maret lalu, Mono - mantan bassist Alexa yang kini membentuk grup Neurotic - mengunggah tulisan di blog pribadinya. Tulisan berjudul "Have i Failed?" itu cukup menggambarkan bagaimana industri musik di Indonesia bukan hal yang mudah untuk ditembus.
 
Mono mungkin satu dari sekian banyak musisi yang merasakan hal sama, bertarung dengan pembuktian untuk hidup dari musik dan idealisme.
 
Lepas dari Alexa, Mono mendirikan Neurotic. Sebuah proyek musik yang merepresentasikan Mono secara utuh. Awalnya, Neurotic sempat mencuri perhatian, lewat singel Surga Durjana. Namun realita tak semulus rencana, Neurotic disebut Mono gagal dari segi komersial.

Berangkat dari curahan hati Mono di blog, Metrotvnews.com menyambangi ayah satu anak itu di kediamannya di kawasan Jakarta Barat. Selama hampir tiga jam, Mono menceritakan sepak-terjang di dunia musik. Termasuk kegagalan yang dia ungkapkan di dalam blog.
 
“Gue lebih berusaha mencari ke dalam salahnya gue apa. Kalau dibilang gagal, ini pertama kali gue gagal. Gue belum pernah sama sekali gagal dalam mengerjakan musik, ini pun gagal dalam segi ekonomi,” ujar Mono.
 
“Gue punya CV dari zaman menjadi session player, mulai dari zaman Park Drive, mengisi rekaman Krisdayanti, main dengan Andien, gue orang yang sangat memerhatikan sekali pekerjaan yang akan gue ambil," urainya.
 
Mono menceritakan bahwa dirinya tergolong orang yang selalu memerhatikan betul langkah dalam berkarier di musik. Karena hal itu dia juga tidak main-main dengan Neurotic.
 
“Effort gue waktu di Alexa itu 100 persen, sedangkan effort gue di Neurotic 250 persen,” tegas Mono menjelaskan betapa berartinya Neurotic bagi dirinya.
 
Neurotic adalah Mono, Mono adalah Neurotic. Band ini secara mutlak hanya memiliki satu personel tetap, yaitu Mono. Namun untuk kebutuhan rekaman dan panggung, Mono menggaet sejumlah musisi. Nama Eno “NTRL” bahkan sempat menduduki kursi drummer Neurotic, meski dalam beberapa kesempatan terakhir posisi itu digantikan oleh Bounty Ramdhan, putra bassist Gigi Thomas Ramdhan.
 
"Jujur status player lain masih abu-abu, kemarin sempat cabut semua. Di Neurotic band member itu abu-abu, karena gue nge-lead. Bounty ke depan kalau pun ikut, totally professional, karena dia punya band Brand New Eyes juga yang sedang merintis. Said juga mengutarakan kembali lagi, tetapi dia prioritaskan Black Teeth," paparnya.
 
Mono tak lantas meratapi kegagalan yang dirasanya. Saat ini Neurotic berencana merilis album mini sebagai bukti bahwa mereka masih ada dan berkarya. Beruntung, di saat bersamaan Mono menemukan rekan yang mengimbanginya dalam proses kreatif, yaitu Petra Sihombing.
 
Pertemuan antara Mono dan Petra terjadi secara tidak sengaja, yaitu di sebuah bar di kawasan Jakarta Selatan. Tak disangka, obrolan singkat di bar itu berlanjut ke pertemuan selanjutnya yang melecut kreativitas bermusik keduanya.
 
“Si anak ini (Petra) aneh, musik yang dia bawakan enggak sesuai dari referensi yang dia dengarkan. Dia main gitar sama gue dan dia jago mampus, terus Nikita Dompas kan gurunya Petra, Nikita bilang kalau Petra salah satu murid paling jago," ungkapnya.
 
Singkat cerita, Mono mengajak Petra untuk ikut menangani proses kelahiran album mini Neurotic. Terlibat pula adik Petra,  Ben Sihombing, yang menurut Mono penting dilibatkan untuk memberi masukkan yang dianggap mewakili generasi kelahiran di atas tahun 1995.
 
"Generasi yang lahir mulai dari 1994 ke atas itu yang akan 'megang' industri. Dan jalan pikir mereka beda banget dengan generasi-generasi sebelumnya. Menurut gue ini shifting beyond musik. Kalau kita underline musik rock, bagi mereka musik rock sudah kadaluarsa," jelasnya.
 
"Bagi mereka (generasi kelahiran 1994 ke atas) The Strokes itu dinilai classic rock, sedangkan bagi kita itu masih tergolong future rock. Tahu kan bedanya gimana? Ya, selamat datang saja di masa depan, pola pikir generasi sekarang memang beda. Bukan soal salah atau benar, tetapi memang beda saja kehidupannya."
 
Menakar Pasar Musik Saat ini
 
Menurut Mono, era teknologi dan informasi yang terbuka semakin membuat musisi sulit menerapkan parameter “kesuksesan” dan juga selera pasar.
 
“Zaman dulu ada parameter yang jelas, membaca majalah musik Trax atau Rolling Stone, mendengarkan Prambors, nonton MTV. Tetapi sekarang parameter musik tidak jelas," ujarnya.
 
Lebih lanjut Mono menerka terjadi pergeseran iklim industri musik, yang ikut memengaruhi situasi band-band saat ini.
 
“Waktu 2005, eranya sangat menjanjikan untuk mencari uang. tapi menurut gue ada plus minus, di era itu juga ada oportunis yang mengejar uang doang.”
 
“Kalau boleh jujur membandingkan waktu itu dan sekarang, mending sekarang walau gue hidup susah, kalau gue ngobrol sama musisi-musisi 90-an, Ari Lasso atau Indra Lesmana, seleksi alam bermain musik berjalan dengan sendirinya. Dulu rekaman tidak mudah dan tidak murah, band harus matang latihan.”
 
Upaya Mono Membangkitkan Neurotic dan Menembus Industri Musik
 
“Pada era sekarang menurut gue yang masih melakukan itu cuma Barasuara, kalau anak band sekarang mungkin ngumpul di depan komputer dan langsung rekam sketsa lagunya. Tetapi justru proses latihan seperti yang dijalani band era 90-an itu menjadi seleksi alam tersendiri, mampu main atau mampu secara uang, atau keduanya. Musik era 90-an kalau lo dengar yang enggak sukses di pasaran pun musik mereka tidak nista-nista amat.”
 
Mono pernah mengecap manisnya industri musik dari segi finansial. Namun bagi Mono, musik bukan saja soal kesuksesan finansial. Ke depannya, Mono tetap optimis bahwa dirinya akan terus melaju dengan Neurotic, dengan segala tantangan yang ada.
 
"Gue keinget album Blood Sugar Sex Magik itu album kelima, orang-orang dulu enggak tahu RHCP (Red Hot Chili Peppers) album pertama dan kedua, dulu mereka enggak sukses secara komersial," kata Mono meneladani konsistensi grup idolanya.
 
"Apakah gue gagal? Iya, tetapi mungkin ini proses yang benar, karena gue enggak tahu nanti ujungnya seperti apa," tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ELG)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan