Film ini bercerita tentang seorang mahasiswa dari Kazakhstan membawa istrinya ke Kirgistan. Dia kemudian terlibat dalam sengketa perbatasan hingga akhirnya membuat persetujuan untuk melintasi perbatasan dengan membawa kotak ranjau untuk diantarkan ke desa. Persetujuan tersebut menyebabkan drama dan kesalahpahaman yang tak berujung.
"Film ini menunjukkan betapa peliknya perkara perbatasan antarnegara yang kerap menciptakan tembok komunikasi atau melahirkan halangan bagi upaya membangun saling pengertian serta pemahaman," kata Budi Irawanto selaku Direktur Festival JAFF dalam keterangan tertulisnya.
Pada tahun ini, JAFF juga menganugerahkan beberapa penghargaan untuk film-film terbaik yang dipilih oleh berbagai juri yang terbagi ke dalam beberapa kategori. Ada 6 penghargaan yang dihadirkan oleh JAFF, dengan dewan juri yang berbeda.
Golden Hanoman Award diberikan kepada film Istirahatlah Kata–Kata garapan Yosep Anggi Noen. Film asal Thailand, The Island Funeral karya Pimpaka Towira diganjar Silver Hanoman Award. NETPAC Award jatuh kepada film Turah karya Wicaksono Wisnu Legowo. Film Turah juga mendapat kategori Geber Award.
Sama seperti Turah, film karya Kamila Andini yang berjudul Memoria juga membawa pulang penghargaan di kategori Blencong Award dan Jogja Student Film Award.
Dari enam kategori, ada lima film Indonesia yang berhasil meraih penghargaan di JAFF. Prestasi ini menunjukkan posisi film Indonesia yang kian diperhitungkan di kancah Asia.
Juri JAFF menerangkan mengapa memilih Istirahatlah Kata – Kata (Yosep Anggi Noen) sebagai film terbaik JAFF tahun ini. Film ini dianggap menampilkan kisah tokoh reformasi 1998 yang berhasil disajikan dalam sudut pandang kemanusiaan: mencekam tajam, subtil dengan humor dan keharuan. Sebuah pencapaian teknis sinema yang mengejutkan.
Selain itu, terdapat tiga film dari Indonesia yang tahun ini ditambah jam putarnya oleh JAFF karena antusiasame pengunjung yang tidak terbendung yaitu Ziarah (BW Purbanegara), Salawaku (Pritagita Arianegara) dan Istirahatlah Kata–Kata (Yosep Anggi Noen). Ini sebuah prestasi yang perlu disebarluaskan sekaligus menjadi pemantik perluasan industri film tanah air.
Juri NETPAC memilih film Turah (Wicaksono Wisnu Legowo) menjadi film pemenang karena film ini berhasil merangkai cerita yang sederhana itu menjadi sebuah pengalaman filmis yang jarang ditemukan dalam film-film mutakhir Indonesia. Meski berbicara tentang warga kelas ekonomi rendah, film ini tidak terjebak dalam romantisasi persoalan kemiskinan. Melalui kemampuan membingkai dalam kamera, pembuat film berhasil membangun karakter.
Tahun ini JAFF telah memutar 138 judul film dari 27 negara yang tersebar di kawasan Asia Pasifik, di tiga lokasi utama yang berbeda yaitu, Gedung Societet, Empire XXI dan Taman Budaya Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id