Serial Avatar: The Last Airbender telah diadopsi menjadi versi live action. Versi live action serial tersebut sudah tayang di platform streaming Netflix mulai Kamis, 22 Februari 2024 (Foto:AFP)
Serial Avatar: The Last Airbender telah diadopsi menjadi versi live action. Versi live action serial tersebut sudah tayang di platform streaming Netflix mulai Kamis, 22 Februari 2024 (Foto:AFP)

Avatar The Last Airbender Tayang di Netflix, Penulis dan Produser Bagikan Kisah Perjalanan Adaptasi Serial Animasi ke Live Action

Patrick Pinaria • 23 Februari 2024 17:29
Jakarta: Serial Avatar: The Last Airbender telah diadopsi menjadi versi live action. Versi live action serial tersebut sudah tayang di platform streaming Netflix mulai Kamis, 22 Februari 2024. 
 
Konsep dan alur cerita serial live action Avatar: The Last Airbender dibuat tidak jauh berbeda dari seri animasinya. Dalam serial live action ini, penonton akan diperlihatkan karakter-karakter yang sama, termasuk karakter utama, Aang.
 
Penonton akan diajak menyaksikan petualangan Aang, seorang Avatar muda, yang menguasai empat elemen (air, bumi, api, dan udara). Ia berjuang menguasai keempat elemen tersebut demi mengembalikan keseimbangan dunia yang terancam oleh kehadiran Negara Api yang mengerikan. 

Meski diadopsi dari kisah animasi, cerita dalam versi live action Avatar: The Last Airbender tetap dibuat sedikit berbeda. Menurut penulis cerita serial live action Avatar: The Last Airbender, Albert Kim, konsep cerita serial tersebut disesuaikan dengan segmen penonton Netflix. Begitu pula dengan alur waktu yang sedikit lebih panjang ketimbang versi animasinya.
 
Baca juga: Tayang di Netflix, Ini 4 Alasan Wajib Nonton Serial Live Action Avatar: The Last Airbender

 
"Kami menggunakan yang asli sebagai sumber materi untuk semua aspek, karena kami benar-benar ingin menjadi otentik dalam elemen cerita utama serta karakter dari serial animasinya. Kemudian kami mulai menarik sedikit benang merahnya karena kami perlu membuat versi cerita yang lebih berseri. Serial aslinya ditujukan untuk pemirsa yang lebih muda, jadi itu adalah episode berdurasi setengah jam yang mandiri," ujar Albert.
 
"Kami perlu membuat episode berdurasi satu jam untuk sebuah drama Netflix, dan itu berarti menata ulang alur cerita, mengisi kekosongan, dan menciptakan rangkaian narasi yang terhubung. Rasanya seperti membuat remix, dan itulah cara kami melakukan pendekatan di ruang penulis," lanjutnya.
 
Albert juga mengaku banyak tantangan yang dihadapi dalam proses produksi serial live action Avatar: The Last Airbender. Salah satunya, tantangan logistik. 
 
"Avatar asli adalah kisah yang sangat besar dan epik, dan ada hal-hal yang dapat Anda lakukan dalam animasi yang terbukti sangat rumit untuk dilakukan dalam aksi langsung. Kita berbicara tentang lingkungan luar biasa dan mewujudkannya memerlukan efek visual yang melampaui batas teknologi VFX," tutur Albert.
 
Avatar The Last Airbender Tayang di Netflix, Penulis dan Produser Bagikan Kisah Perjalanan Adaptasi Serial Animasi ke Live Action
Albert Kim (Foto: AFP)
 
Tantangan lainnya adalah mencari tahu secara naratif bagaimana tim dapat membuat efek visual ini terasa segar, namun tetap akrab. Itu adalah proses mencampur ulang elemen-elemen, memisahkan alur naratif dan menyatukannya kembali dengan cara yang memuaskan yang akan menggairahkan para penggemar berat dan menggugah minat pemirsa baru.
 
Baca juga: Ulasan Live-action Avatar: The Last Airbender Episode 1

 
Senada dengan Albert, Director Serial Live Action Avatar: The Last Airbender, Jabbar Raisani juga mengakui besarnya tantangan dalam pembuatan serial ini. Menurutnya, tantangan terbesar adalah menjaga originalitas serial animasi ke dalam versi live action.
 
"Saat Anda mengadaptasi serial animasi, menjaganya agar tetap membumi bisa menjadi sebuah tantangan. Kami benar-benar berusaha menemukan keseimbangan antara tampilan dan perasaan seperti serial animasi, tetapi juga seperti dunia nyata dan membumi," kata Jabbar.
 
Pengaturan dan desain lokasi juga diakui Jabbar sebagai tantangan lainnya dari produksi serial live action Avatar: The Last Airbender ini. Mereka harus membangun desain lokasi yang semirip mungkin dengan versi animasi.
 
Avatar The Last Airbender Tayang di Netflix, Penulis dan Produser Bagikan Kisah Perjalanan Adaptasi Serial Animasi ke Live Action
Jabbar Raisani (Foto: AFP)
 
"Membangun dunia yang besar ini mencakup banyak lokasi berbeda, baik fisik maupun digital. Sebagai seseorang yang berada di lokasi syuting dan mengarahkan, kami memulai dengan apa yang dapat kami lakukan secara fisik, dan membangun set terbesar yang dapat kami bangun. Namun skala pertunjukannya sangat besar, sehingga segala sesuatu yang tidak dapat kami buat secara fisik, kami harus menggunakan komputer dan melakukannya secara digital. Itu adalah perpaduan nyata antara set fisik besar dan ekstensi efek visual yang besar," paparnya.
 
Jabbar pun berharap hasil produksi serial live action Avatar: The Last Airbender ini dapat menghibur setiap penonton. Terutama bagi pencinta animasi dari serial ini. Ia bahkan percaya hasil produksi ini bisa memenuhi ekspektasi para penggemar.
 
"Ada banyak tekanan untuk melakukannya dengan benar. Tentu saja para penggemar tahu banyak tentang acara tersebut dan mereka mempunyai ekspektasi tertentu yang sangat tinggi. Tugas kami adalah memenuhi dan berharap melampaui ekspektasi tersebut. Kami sangat ingin para penggemar menyukainya sama seperti mereka menyukai serial aslinya," ucap Jabbar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)




BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan