Dikisahkan dalam trailer, konflik yang dihadirkan tidak disajikan secara hitam-putih. Hubungan penuh kasih antara Anggie (Acha Septriasa) dan ibunya (Dewi Irawan) justru sarat dengan tekanan emosional karena keduanya sama-sama diliputi ketakutan akan kehilangan. Film ini berusaha menggambarkan dinamika keluarga secara jujur dan lembut, tanpa menghakimi, menekankan bahwa perbedaan bisa menjadi awal proses saling memahami.
Sutradara Indra Gunawan menegaskan bahwa fokus cerita bukanlah pada perpindahan keyakinan semata, melainkan pada proses kedewasaan seseorang dalam memilih jalannya sendiri.
“Bagi saya, iman bukan sesuatu yang diwariskan begitu saja. Iman adalah hasil dari perjalanan batin yang panjang. Dan ketika seseorang memilih jalannya sendiri, di situlah kedewasaan lahir,” ujarnya.
Pemeran utama, Acha Septriasa, mengaku sangat terhubung dengan karakter Anggie.
“Anggie tidak melawan keluarganya. Dia mencintai ibunya, tapi juga mencintai kebenaran yang ia temukan sendiri. Menurut saya, Air Mata Mualaf berbicara tentang keberanian untuk jujur pada diri sendiri tanpa kehilangan cinta terhadap keluarga,” tutur Acha.
Pengalaman serupa diungkapkan oleh Dewi Irawan yang memerankan sosok ibu. Peran tersebut terasa sangat personal baginya.
“Saya punya anak perempuan, dan ketika membaca naskahnya, saya langsung merasa dekat dengan cerita ini. Suatu saat nanti, mungkin anak saya juga akan membuat pilihan yang berbeda dari saya dan itu bukan hanya soal agama, tapi soal bagaimana setiap anak mencari jati dirinya sendiri. Air Mata Mualaf mengingatkan saya bahwa cinta seorang ibu juga berarti belajar menerima,” jelas Dewi.
Rizky Hanggono, yang terlibat dalam film ini, juga mengaku tersentuh oleh kedalaman ceritanya. Ia bercerita tentang satu adegan emosional yang membuatnya teringat pada hubungannya dengan adik perempuannya sendiri.
“Rasanya seperti diingatkan lagi, bahwa di balik setiap perbedaan pandangan dalam keluarga, selalu ada kasih yang nggak bisa hilang begitu saja,” kata Rizky.
Produser film, Dewi Amanda, menekankan bahwa Air Mata Mualaf dibangun dari sudut pandang kemanusiaan dan keluarga, bukan religius yang sempit.
“Ini film tentang manusia. Tentang anak yang ingin didengar. Tentang orang tua yang takut kehilangan. Menjadi berbeda itu berat, tapi ketika kita istiqomah, kita bisa tetap berjalan tanpa membenci,” tegasnya.
Film kolaborasi lintas negara antara Indonesia, Malaysia, dan Australia ini juga menampilkan aktor dari Malaysia, Syamim Freida dan Hazman Al-Idrus. Kehadiran mereka memperkaya nuansa cerita dan menegaskan bahwa nilai-nilai universal seperti cinta dan keberanian dapat dirasakan oleh siapa pun, di mana pun.
Air Mata Mualaf, yang disutradarai oleh Indra Gunawan dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia mulai 27 November 2025. Film dengan genre drama keluarga dan religi ini akan menyusul rilis di kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah pada awal Desember 2025.
(Maulia Chasanah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id