Tanggapan ini diberikan Ron lewat media sosial pada Minggu petang, 27 Mei 2018, kepada seorang pengguna Twitter bernama @Maltese_Falcon9. Awalnya pengguna ini bertanya apakah dia harus menonton Solo demi membantu prestasi komersial film ini.
"Aku dengar filmya tidak terlalu melambung di box office. Haruskah aku menonton hari ini untuk membantunya?" kicaunya dengan menyertakan tagar #SoloAStarWarsMovie.
Selang beberapa menit, Ron membalas kicauan tersebut lewat akun @RealRonHoward. Cuit ini barangkali ditemukan Ron saat mencari beragam tanggapan tentang Solo di media sosial.
Didn’t meet projections but amounts to a new personal best. check #SoloAStarWarsStory for balanced feedback & then C it on a big screen! https://t.co/QsOxOLuo22
— Ron Howard (@RealRonHoward) 27 Mei 2018
"Tidak sesuai proyeksi, tetapi sudah cukup memenuhi rekor pribadi," kicau Ron membalas kabar tentang jebloknya film Solo.
"Cek (komentar di tagar) #SoloAStarWarsStory untuk (melihat) tanggapan yang seimbang lalu tonton filmnya di layar lebar!" lanjutnya.
Ron adalah sutradara yang mengawali karier perfilman sebagai aktor sejak 1950-an. Dari sekian film arahannya, beberapa yang dibuat untuk studio besar antara lain The Da Vinci Code (2006), Angels & Demons (2009), dan Inferno (2016).
Dari tiga judul ini, pemasukan paling besar pada akhir pekan pertama adalah The Da Vinci Code, yaitu USD77 juta dari lingkup domestik AS-Kanada dan USD155 juta dari lingkup internasional.
Sementara itu, Solo membuka akhir pekan pertama dengan USD83 juta dari domestik dan USD64,9 juta dari internasional. Jika keduanya dibandingkan dalam skala domestik, Solo memang disambut lebih antusias daripada The Da Vinci Code.
Solo: A Star Wars Story telah tayang di bioskop Indonesia sejak Rabu, 23 Mei 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News