Kisah dalam film ini bukan semata soal prosedur medis, tetapi lebih pada perjalanan emosional para pasangan, terutama perempuan, dalam menghadapi tekanan sosial dan stigma. Dalam sesi jumpa pers, para kreator film ini menekankan bahwa Lyora dihadirkan sebagai ruang empati.
“Harapan saya untuk film ini bisa menjadi ruang empati dan refleksi bagi para pejuang sejumlah diri sendiri. Ada banyaknya keluarga dan pasangan yang berjuang secara diam-diam, tetapi mereka selalu dapet pertanyaan, kapan sih punya anak, udah hamil belum? Itu pertanyaan-pertanyaan kayak gitu simple, tapi kadang-kadang menyakitkan buat para pasangan itu,” ujar Januar sang produser eksekutif film Lyora.
Lebih lanjut, film ini dirancang berdasarkan riset yang kuat. Menurut Andi Boediman sang produser, kolaborasi lintas rumah produksi ditujukan untuk menghasilkan film yang relevan dan edukatif.
“Topiknya tentang pasangan-pasangan di Indonesia yang menantikan buah hati, seperti itu. Dan ini juga terbukti secara riset, ya, jadi ada risetnya dulu, jadi ada data dan riset ilmiahnya,” ujar Andi Boediman.
baca juga:
|
Sementara itu, produser Virgie Baker, mengungkapkan antusiasme setelah melakukan roadshow film ke enam kota. Banyak testimoni datang bukan hanya dari perempuan, tapi juga laki-laki yang turut merasakan perjuangan bersama pasangan mereka.
“Dan ternyata bukan hanya perempuan-perempuan yang hadir, banyak juga laki-laki yang hadir dan menyatakan bahwa selama ini juga apa yang dialami bersama pasangan, bersama keluarga, tantangan-tantangan itu juga ternyata bukan dari perempuan saja yang bertestimoni,” tutur Virgie.
Dari sisi naskah, tim penulis yang terdiri dari Titin Wattiemena dan Priska Amalia menyatakan bahwa mereka berhati-hati dalam membangun cerita agar tidak menghakimi siapa pun.
“Kami fokus kepada yang masih berjuang dan bagaimana mereka masih terus berharap, masih berdaya pada harapan dan masih berdaya pada mimpi-mimpi mereka. Jadi itu yang kami coba pahami selama penulisan untuk berbicara tentang rasanya berjuang,” kata tim penulis.
Lyora: Penantian Buah Hati bukan sekadar film drama keluarga, tetapi cermin realitas sosial yang masih sering terabaikan. Dengan alur yang kuat, riset yang mendalam, dan suara-suara jujur dari para pembuatnya, film ini mengajak penonton untuk lebih peka, berhenti menghakimi, dan mulai memahami bahwa perjuangan memiliki anak adalah perjalanan emosional yang layak didukung, bukan dipertanyakan.
(Cony Brilliana)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id